BP2MI Minta Tambahan Kuota Penempatan Pekerja Migran Skema G to G di Jepang
Kepala BP2MI, Benny Rhamdani meminta JICWELS untuk penambahan kuota bagi PMI di Jepang, khususnya Careworker.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala BP2MI, Benny Rhamdani, mengadakan pertemuan dengan JICWELS dan Japan Foundation sebagai pemangku kepentingan penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) melalui skema Government to Government (G to G) ke Jepang.
Benny meminta JICWELS untuk penambahan kuota bagi PMI di Jepang, khususnya Careworker.
Dirinya juga menyampaikan beratnya persyaratan pengalaman dua tahun setelah memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) bagi jabatan Nurse.
“Mengapa kuota Nurse sulit tercapai, menurut kami karena persyaratan yang cukup sulit dipenuhi oleh calon pekerja migran kami, sehingga mungkin bisa untuk diturunkan persyaratannya,” kata Benny.
Baca juga: Kepala BP2MI Dukung Pekerja Migran Kembangkan Budaya Reog Ponorogo di Korea Selatan
BP2MI juga mengusulkan perubahan pola kuota penempatan Nurse dan Careworker, di mana kuota Nurse sangat sulit dipenuhi.
Jadi, jika kuota Nurse tidak dapat terpenuhi, maka calon Pekerja Migran Indonesia dapat mengisinya pda jabatan Careworker.
Dirinya juga mengusulkan perluasan tempat pelatihan bahasa dan lokasi interview test.
Seperti diketahui, Indonesia adalah negara kepulauan. Jika pelaksanaan interview hanya di Jakarta, tentu memberikan kesulitan kepada calon Pekerja Migran Indonesia yang berada di luar ibu kota, karena harus mengeluarkan biaya yang tidak kecil.
“Paling tidak ada tiga lokasi baru yang kami usulkan sebagai tempat pelatihan bahasa dan interview test. Ketiga lokasi tersebut mewakili masing-masing region, seperti wilayah barat dilaksanakan di Surabaya, wilayah timur di Manado, dan wilayah tengah di Medan,” jelas Benny.
Baca juga: Pekerja Migran Indonesia Asal Blitar Meninggal Dunia Akibat Banjir di Hong Kong
Sementara itu, Managing Director JICWELS, Mr. Kataoka Yoshikazu, mengatakan penerimaan perawat dan careworker di bawah kerangka IJEPA yang dimulai sejak tahun 2008 ini telah banyak menerima Pekerja Migran Indonesia.
Respon para pemberi kerja sangat baik terhadap kinerja Pekerja Migran Indonesia.
“Kami telah menerima berbagai feedback dari instansi medis yang mempekerjakan Pekerja Migran Indonesia bahwa calon perawat dari Indonesia bekerja dengan keras, berani, dan baik hati, sehingga mereka puas dengan kinerja dari Pekerja Migran Indonesia,” ujar Mr. Kataoka.
Kataoka juga menjelaskan, pada ujian nasional yang dilakukan pada bulan Maret 2023 ini, tingkat kelulusan untuk Pekerja Migran Indonesia pada jabatan Careworker sebesar 67,3 persen.