Bom Spons, Senjata Rahasia Baru Israel untuk Blokir Terowongan Hamas
Israel dilaporkan tengah mengembangkan sponge bombs atau bom spons untuk persiapan berperang dengan Hamas di jaringan terowongan di bawah Gaza.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: bunga pradipta p
TRIBUNNEWS.COM - Israel dilaporkan akan menggunakan “sponge bombs” atau “bom spons” ketika nantinya berperang melawan Hamas di jaringan terowongan Gaza.
The Telegraph melaporkan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah menguji bom kimia tersebut.
Bom tersebut tidak mengandung bahan peledak tetapi digunakan untuk menutup celah atau pintu masuk terowongan tempat para pejuang Hamas dapat muncul.
Bom spons bekerja dengan menciptakan ledakan berupa busa yang mengembang dengan cepat dan kemudian mengeras.
IDF belum mengomentari penggunaan bom tersebut.
Namun saksi mata dari The Telegraph melihat tentara Israel mengerahkan perangkat tersebut saat sesi latihan militer pada tahun 2021.
Baca juga: Terowongan Hamas Punya Kedalaman Puluhan Meter, Israel Bisa Rendam Satu Gaza Jadi Danau
Tentara Israel dilaporkan telah membuat sistem terowongan tiruan di pangkalan militer Tze’Elim dekat perbatasan dengan Gaza.
Pasukan Israel dan Hamas kemungkinan akan menghadapi pertempuran mematikan melalui terowongan yang dikenal sebagai “Metro Gaza” itu.
Jaringan terowongan tersebut diperkirakan memiliki panjang ratusan km dan memiliki dengan jebakan.
Di terowongan itulah Hamas menyandera 200 orang.
Tentara Israel buta karena kesalahan penanganan bom spons
Masih mengutip The Telegraph, bom spons akan mencegah tentara Israel disergap saat mereka bergerak lebih jauh ke dalam terowongan, menutup celah-celah yang bisa digunakan Hamas untuk masuk dan menyerang.
Ditempatkan dalam wadah plastik, perangkat khusus ini memiliki partisi logam yang memisahkan dua cairan.
Setelah partisi logam itu diekstraksi, kedua senyawa tersebut akan bercampur.
Di saat itulah tentara harus meletakkan bom tersebut atau melemparkannya.
Tim khusus di korps teknik IDF telah dikelompokkan ke dalam unit pengintaian terowongan.
Baca juga: Kisah Para Ibu Hamil di Gaza: Kebingungan Bagaimana Nanti Melahirkan di Tengah Bombardir Israel
Mereka dilengkapi dengan sensor darat dan udara, radar penembus tanah, dan sistem pengeboran khusus untuk menemukan lokasi terowongan.
Mereka juga telah diberikan peralatan khusus untuk melihat saat berada di bawah tanah.
Kacamata penglihatan malam standar masih memerlukan elemen cahaya sekitar agar dapat bekerja secara efektif.
Namun karena semua cahaya alami tidak dapat masuk saat tentara bergerak di bawah tanah, mereka akan mengandalkan teknologi termal untuk melihat di dalam kegelapan total.
Perangkat radio baru, yang dioptimalkan untuk bekerja dalam kondisi ekstrem di bawah tanah, juga telah dikembangkan.
Namun, ada potensi komplikasi dengan persenjataan bawah tanah ini.
Bom spons, yang secara teknis merupakan emulsi cair, terbilang berbahaya untuk digunakan.
Beberapa tentara Israel dilaporkan kehilangan penglihatan mereka karena melakukan kesalahan dalam pencampuran elemen tersebut.
Penggunaan Robot
Sementara itu, Israel juga mungkin menggunakan robot dan drone untuk membantu menavigasi terowongan.
Baca juga: Cerita warga Israel yang disekap Hamas di labirin terowongan bawah tanah Gaza
Namun sejauh ini, terdapat kesulitan dalam mengoperasikan robot itu di dalam terowongan.
Beberapa robot harus dikendalikan oleh kabel yang menjalar dari bagian belakang perangkat.
Robot lain akan bergantung pada gelombang radio.
Namun diperlukan serangkaian node pengulang yang diturunkan dalam perjalanan karena sinyal radio menurun dengan cepat di bawah tanah.
Drone mikro untuk pengintaian, yang dapat digenggam dalam genggaman tangan, juga dapat digunakan namun akan mengalami dampak yang sama ketika sinyal radio melemah.
Perusahaan teknologi Roboteam yang berbasis di Israel telah mengembangkan IRIS, sebuah drone kecil yang dapat dilempar dan dapat digerakkan dengan roda besar melalui remote control.
Beberapa perangkat mungkin dipasangi bom sehingga jika ada musuh yang terlihat, pengontrolnya dapat meledakkan bahan peledak.
Bersamaan dengan IRIS, mereka telah mengembangkan MTGR, sebuah “robot darat taktis mikro” yang dapat menaiki tangga dan dirancang untuk dioperasikan oleh tentara di gedung-gedung dan gua.
John Spencer, mantan mayor AS yang memimpin studi peperangan perkotaan di Modern War Institute di West Point, mengatakan pertempuran bawah tanah “lebih seperti pertempuran di bawah air daripada pertempuran di dalam gedung”.
“Tidak ada sesuatu pun yang digunakan di permukaan yang bekerja dengan cara yang sama atau dengan efisiensi yang sama di bawah tanah."
“Peralatan khusus diperlukan untuk melihat, bernapas, bernavigasi, memetakan ruang, berkomunikasi, dan menggunakan alat-alat mematikan.”
Menargetkan terowongan dapat membahayakan nyawa warga sipil
Hamas telah mengintegrasikan peperangan bawah tanah ke dalam strategi militernya.
Terowongan tidak lagi hanya sekedar tempat perlindungan atau persembunyian, tapi merupakan bagian dari rencana yang lebih luas untuk mempersiapkan lahan untuk menyergap pasukan Israel di atas.
Banyak di antara terowongan itu berada di bawah bangunan sipil, di mana titik masuk dan keluarnya berada di tempat tinggal dan bangunan non-militer.
Terowongan “standar” memiliki tinggi sekitar 2m dan lebar 1m, sehingga dapat dibangun dengan cepat.
Kadang-kadang terowongan diperkuat dengan beton dan logam tetapi tidak terlalu canggih.
Namun sebagian terowongan lainnya memiliki listrik, air dan ventilasi serta digunakan sebagai pusat komando dan tempat peristirahatan, penyimpanan senjata, infiltrasi ke Israel dan rute ke lokasi peluncuran roket rahasia.
Di beberapa bagian bahkan diperkirakan terdapat sistem kereta api kecil untuk pengangkutan senjata dan peralatan bangunan.
Upaya untuk menghancurkan sistem ini pernah dilakukan Israel pada Operation Protective Edge tahun 2014, namun jaringan tersebut telah dibangun kembali setelahnya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)