Buah Semangka Jadi Simbol Perlawanan Palestina Terhadap Israel, Ini Sejarahnya
Buah semangka menjadi simbol perlawanan Palestina terhadap Israel saat Perang Enam Hari antara koalisi Arab dan Israel pada tahun 1967.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Buah semangka menjadi simbol perlawanan masyarakat Palestina terhadap pendudukan Israel.
Simbol ini muncul pada tahun 1967 selama Perang Enam Hari antara Israel dengan koalisi Arab yang terdiri dari Mesir, Suriah, dan Yordania.
Saat itu, Israel melarang pengibaran bendera Palestina di perbatasannya untuk membatasi nasionalisme Palestina dan Arab.
Larangan itu berlangsung hingga tahun 1993 hingga munculnya Perjanjian Oslo antara Israel dan Otoritas Palestina, yang melonggarkan pembatasan terhadap warga Palestina di Israel.
Setelah Perang Enam Hari hingga Perjanjian Oslo, semangka menjadi simbol protes masyarakat Palestina, dikutip dari Bon Appetit.
Irisan semangka dengan buahnya yang berwarna merah cerah, kulitnya yang berwarna hijau-putih, dan bintik-bintik bijinya yang berwarna hitam, mengandung semua warna bendera Palestina.
Baca juga: Demonstran Sela Ucapan Anthony Blinken di Sidang Senat AS, Tolak Danai Israel
Buah ini juga tersedia untuk digunakan dalam demonstrasi menentang pendudukan Israel di Tepi Barat dan Gaza, di mana para pengunjuk rasa membawa irisan semangka sebagai pengganti bendera.
Seniman Sliman Mansour menceritakan dalam wawancara dengan The National pada tahun 2021, ketika pameran yang menampilkan karyanya pada tahun 1980 ditutup karena beberapa bagian menggambarkan bendera Palestina.
“Mereka mengatakan kepada kami bahwa mengecat bendera Palestina itu dilarang, tapi warnanya juga dilarang. Maka Issam berkata, 'Bagaimana jika saya membuat bunga berwarna merah, hijau, hitam, dan putih?', dan petugas itu menjawab dengan marah, 'Akan disita. Bahkan jika Anda mengecat semangka, itu akan disita,'” kata Mansour kepada The National.
Baca juga: Skenario Pasukan AS Ikut Injakkan Kaki di Gaza Saat Israel Kian Bernafsu Berangus Hamas
Saat ini, Israel tidak lagi melarang bendera Palestina berdasarkan hukum.
Meski begitu, para pemimpin terkemuka Israel telah menyatakan penolakannya terhadap pengibaran bendera tersebut dalam suasana protes.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut kehadiran bendera pada protes sebagai “hasutan”.
Pada tahun 2023, Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, memberi wewenang kepada polisi dan Pasukan Pertahanan Israel untuk menghapus gambar semangka jika dianggap ada ancaman terhadap ketertiban umum, dikutip dari Al Jazeera.
Ia juga mengatakan, menerbangkan pesawat Palestina dengan benderanya adalah tanda dukungan terhadap barbarisme.