Rudal Jelajah Buatan Iran yang Ditembakkan Kelompok Houthi ke Israel Justru Dijatuhkan Yordania
Beredar foto-foto serpihan rudal yang diyakini sebagai rudal jelajah Quds buatan Iran di daerah Mudauram Yordania.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Militer Yordania dilaporkan telah menembak jatuh rudal jelajah "Quds" buatan Iran yang ditembakkan Kelompok Houthi Yaman ke Israel, Rabu (1/11/2023).
Sejumlah rudal jelajah dilaporkan ditembakkan Houthi ke Israel setelah mereka mengumumkan perang atas negara Yahudi tersebut.
Beberapa rudal dikabarkan ditembak jatuh atau dicegat militer Amerika Serikat di Laut Merah, sisanya berhasil dijatuhkan sistem pertahanan udara Israel, Arrow.
Beredar foto-foto serpihan rudal yang diyakini sebagai rudal jelajah Quds buatan Iran di daerah Mudauram Yordania.
Rudal tersebut diluncurkan oleh Yaman dan sasaran yang diperkirakan adalah pelabuhan Eilat Israel, sekitar 1.600 km jauhnya.
Lintasan baru berbasis darat ini tampaknya menjadi alternatif dari jalur Laut Merah, tempat rudal-rudal sebelumnya dicegat oleh kapal perusak Carney AS.
Pilihan rute darat dan ketinggian penerbangan rudal berpotensi menurunkan kemungkinan deteksi oleh radar pengintai.
Rudal tersebut berhasil menempuh jarak sekitar 1500 km sebelum kendali hilang pada bentangan 100 km terakhir menuju Al-Madurah di Yordania.
Baru-baru ini, Pemerintah Yordania dilaporkan telah meminta Amerika Serikat (AS) untuk mengirimkan sistem pertahanan udara rudal Patriot ke negara tersebut.
Aksi Yordania ini menjadi sorotan di tengah meningkatnya gejolak regional di kawasan Arab.
Hampir seluruh negara-negara di kawasan itu menentang Israel dan memberikan tekanan ke AS untuk menyerukan ke Israel gencatan senjata di Gaza.
Juru bicara angkatan bersenjata Yordania, Minggu (29/10/2023) menyebut, rudal Patriot akan meningkatkan sistem pertahanan udara mereka.
“Kami meminta pihak Amerika untuk membantu meningkatkan sistem pertahanan kami dengan sistem rudal pertahanan udara Patriot,” kata juru bicara militer Yordania, Brigadir Jenderal Mustafa Hiyari.
Konflik antara Israel dan Hamas masih merupakan situasi yang kompleks dan mudah berubah, dengan tantangan dan konsekuensi yang signifikan bagi kedua belah pihak.