Dari Dulu Bela Palestina dan Kutuk Israel, Tapi Situasi Tak Berubah, Indonesia Harus Bagaimana?
Sejak zaman Bung Karno, posisi Indonesia tegas menunjukkan keberpihakan pada Palestina untuk memperoleh kemerdekaannya.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Kecaman terhadap aneksasi tanah Palestina oleh Israel sudah lama disuarakan oleh pemimpin Indonesia.
Sejak zaman Bung Karno, posisi Indonesia tegas menunjukkan keberpihakan pada Palestina untuk memperoleh kemerdekaannya.
Baru-baru ini Presiden Joko Widodo kembali menegaskan sikap pemerintah Indonesia yang mengutuk keras serangan Israel terhadap warga Palestina di Gaza.
Jokowi mengatakan bahwa Indonesia sangat marah terhadap memburuknya situasi di Gaza, terutama soal kemanusiaan.
Konflik di Gaza kian memprihatinkan sejak Hamas melakukan serangan mendadak ke Israel yang mengakibatkan lebih dari 1.400 orang tewas pada 7 Oktober.
Israel melalui Perdana Menteri Netanyahu mendeklarasikan perang terhadap Hamas.
Setelah itu, militer Israel tanpa henti membombardir Gaza. Tercatat lebih dari 9 ribu orang tewas. Sebagian besar anak-anak dan perempuan.
Angka korban tewas berpotensi terus bertambah karena Israel mengabaikan seruan publik global termasuk Indonesia, untuk gencatan senjata.
Kecaman terhadap Israel tak hanya disampaikan oleh pemerintah. Semua elemen masyarakat satu suara melakukan hal serupa.
Hari ini misalnya, Minggu (5/11/2023), politisi, tokoh lintas agama, hingga selebritis turun ke jalan. Mereka menggelar aksi Bela Palestina di kawasan Monas.
Mereka sepakat menyerukan dihentikannya perang dan mengutuk serangan sporadis Israel di Gaza yang menewaskan banyak warga sipil.
Kemudian mereka menuntut dibukanya jalur bantuan.
Sebab, serangan Israel menghancurkan telah infrastruktur, sehingga warga Gaza kini sulit mengakses air, makanan, dan listrik. Ancaman kelaparan di depan mata.
Bahkan, tokoh lintas agama tergabung dalam Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina, menyerukan boikot produk Israel atau tidak membeli produk Israel.