Pesawat AS Jatuh di Dekat Israel, Pentagon Tutup Mulut
Pesawat tersebut berasal dari salah satu dari dua kelompok kapal induk Amerika yang datang ke wilayah tersebut sejak pecahnya
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Komando Eropa Amerika Serikat (EUCOM) pada Sabtu, (11/11/2023) melaporkan salah satu pesawat militer AS jatuh di perairan Mediterania dekat Israel.
Pesawat tersebut berasal dari salah satu dari dua kelompok kapal induk Amerika yang datang ke wilayah tersebut sejak pecahnya perang Hamas-Israel.
Pesawat perang tersebut jatuh pada Jumat (10/11/2023) malam waktu setempat.
Baca juga: Jumlah Korban Perang Israel-Hamas, 11.078 Orang Palestina Tewas, 27.490 Lainnya Terluka di Gaza
"Pesawat itu sedang melakukan penerbangan pelatihan pada Jumat malam ketika “mengalami kecelakaan dan jatuh,” kata EUCOM dalam sebuah pernyataan singkat dikutip dari Russia Today.
Pentagon tidak memberikan informasi tambahan apa pun mengenai jenis pesawat, berapa banyak orang yang berada di dalamnya, atau apakah insiden tersebut terjadi di darat atau laut.
“Namun, kami dapat secara pasti mengatakan bahwa serangan pesawat tersebut murni terkait dengan pelatihan dan tidak ada indikasi aktivitas permusuhan,” tambah EUCOM.
“Untuk menghormati keluarga yang terkena dampak, kami tidak akan merilis informasi lebih lanjut mengenai personel yang terlibat saat ini.”
Selain beberapa pangkalan udara di kawasan, militer AS juga memiliki USS Gerald R. Ford Carrier Strike Group yang beroperasi di Mediterania timur.
Kelompok penyerang kedua, yang dipimpin oleh USS Dwight D Eisenhower, juga berada di wilayah tersebut baru-baru ini, namun sejak itu telah melewati Terusan Suez ke Timur Tengah untuk lebih “mencegah tindakan permusuhan terhadap Israel atau upaya apa pun untuk memperluas perang ini setelah serangan Hamas terhadap Israel.”
Baca juga: RS Al-Shifa di Gaza: Rumah Penyembuhan bagi Korban Perang, Dianggap Markas Hamas oleh Israel
Tahun lalu, sebuah F-18 Super Hornet yang berada di kapal induk USS Harry S. Truman “terbang ke laut” karena “cuaca buruk yang tidak terduga” selama misi pengisian ulang di Mediterania.
Jet tersebut tenggelam ribuan meter di bawah laut, namun ditemukan sebulan kemudian.
Selain membela Yahudi Israel, AS juga melakukan peperangannya sendiri di wilayah Suriah.
Perang di Suriah
AS mengirimkan serangan udara terhadap Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran dan kelompok-kelompok afiliasinya di Suriah, Rabu (8/11/2023).
Serangan AS itu dilaporkan menyasar gudang senjata di Suriah yang diduga digunakan IRGC.
Serangan ini menandai respons terbaru Washington terhadap serangan pesawat tak berawak dan roket terhadap pangkalan-pangkalannya di wilayah tersebut.
"Dua jet tempur F-15 AS melakukan serangan udara terbaru pada hari Rabu di Suriah timur," kata Pentagon dalam sebuah pernyataan.
AS telah melancarkan serangan di wilayah yang sama pada tanggal 26 Oktober terhadap kelompok militan yang didukung Iran,
Milisi yang dibekingi Iran ini dituduh Washington bertanggung jawab atas serangan terhadap pangkalan-pangkalannya.
Pos-pos dan pangkalan militer AS di Suriah dan pangkalan militer Irak telah diserang setidaknya 38 kali sejak 17 Oktober. Eskalasi ini mencerminkan meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut di tengah perang Israel-Hamas.
Ancaman Perang Terbuka Iran
Teheran telah berulang kali memperingatkan kalau berbagai kekuatan regional tidak akan tinggal diam, “front baru” akan terbuka, jika Washington terus mendukung Israel dalam pemboman di Gaza.
Setidaknya 45 tentara AS terluka dalam serangan drone dan roket tersebut.
Serangan tanggal 18 Oktober terhadap Pangkalan Udara Al-Asad di Irak menyebabkan kematian seorang kontraktor AS, yang dilaporkan meninggal saat berlindung di tempat tersebut.
“Amerika Serikat sepenuhnya siap untuk mengambil tindakan lebih lanjut yang diperlukan untuk melindungi rakyat dan fasilitas kami,” kata Pentagon.
“Kami mendesak agar eskalasi apa pun tidak terjadi,” lanjut pernyataan itu.
Pasukan AS secara ilegal menduduki wilayah kaya minyak di timur laut Suriah sejak tahun 2014, dengan tujuan memerangi teroris ISIS.
Pendudukan terus berlanjut meskipun kelompok teroris tersebut dikalahkan oleh pasukan Rusia, AS, Suriah dan Iran di wilayah yang berada di bawah kendali Damaskus.