Satu Anak Terbunuh Setiap 10 Menit di Jalur Gaza
Rata-rata seorang anak terbunuh setiap 10 menit di Jalur Gaza, Palestina. Tentara Israel menyerang Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rata-rata seorang anak terbunuh setiap 10 menit di Jalur Gaza, Palestina.
Tentara Israel menyerang Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu.
Kini militer Israel telah memasuki wilayah Gaza setelah sebelumnya memborbadir wilayah itu dengan serangan udara.
Jumlah korban sipil di pihak Palestina terus bertambah.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa setengah dari 36 rumah sakit di Gaza dan dua pertiga dari pusat layanan kesehatan primernya tidak berfungsi dan rumah sakit yang beroperasi jauh melampaui kapasitasnya, dan menggambarkan sistem layanan kesehatan dalam keadaan “terpuruk.”
"Koridor rumah sakit penuh dengan korban luka, orang sakit, dan sekarat. Kamar mayat meluap. Pembedahan tanpa anestesi. Puluhan ribu pengungsi berlindung di rumah sakit," kata Tedros kepada dewan yang beranggotakan 15 orang itu.
“Rata-rata satu anak terbunuh setiap 10 menit di Gaza,” kata Tedros.
Baca juga: Pemimpin Negara-negara Islam Termasuk Jokowi Sepakat Nyatakan Israel Lakukan Kejahatan Perang
Sejak 7 Oktober, WHO memverifikasi lebih dari 250 serangan terhadap layanan kesehatan di Gaza dan Tepi Barat.
"Sementara ada 25 serangan terhadap layanan kesehatan di Israel," kata Tedros.
Israel mengatakan Hamas menyembunyikan senjata di terowongan di bawah rumah sakit. Namun, Hamas membantah tuduhan itu.
Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa Israel membentuk satuan tugas untuk mendirikan rumah sakit di Gaza selatan.
Pada 12 Oktober, Israel memerintahkan sekitar 1,1 juta orang di Gaza untuk pindah ke selatan menjelang invasi darat.
“Israel sedang melakukan pembicaraan lanjutan dengan Uni Emirat Arab, ICRC (Komite Internasional Palang Merah) dan negara-negara Eropa lainnya mengenai pendirian kapal rumah sakit lapangan dan rumah sakit terapung,” kata Erdan.
“Israel memfasilitasi pengiriman bantuan medis dari Yordania ke rumah sakit di Gaza utara.”
“Sedihnya, Israel berbuat lebih banyak demi kesejahteraan warga Gaza dibandingkan WHO atau badan PBB lainnya,” katanya.
Amerika Serikat (AS) berupaya untuk menyediakan bahan bakar ke rumah sakit di Gaza, kata Wakil Duta Besar AS untuk PBB Robert Wood, seraya menekankan bahwa fasilitas sipil dan kemanusiaan harus dihormati dan dilindungi berdasarkan hukum internasional.
Wood mengatakan Hamas menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.
“Taktik pengecut ini tidak mengurangi tanggung jawab Israel untuk membedakan antara warga sipil dan teroris dalam perjuangannya melawan Hamas,” ujarnya.
“Risiko kerugian terhadap warga sipil di lokasi yang digunakan Hamas untuk tujuan militer harus dipertimbangkan ketika merencanakan operasi.”
Tedros mengenang masa kecilnya saat perang di Ethiopia, dan mengatakan bahwa dia memahami apa yang harus dialami anak-anak Gaza.
“Suara tembakan dan peluru yang berdesing di udara, bau asap setelah serangan, peluru pelacak di langit malam, ketakutan, rasa sakit, kehilangan – hal-hal ini selalu melekat pada saya sepanjang hidup saya,” katanya.
Jumlah Kematian Akibat Agresi Israel
Jumlah kematian warga Palestina akibat pembunuhan massal Israel di Jalur Gaza mencapai 11.078 orang hingga Jumat (10/11/2023).
"Termasuk 4.506 anak jadi korban, 3.027 perempuan, dan 678 orang lansia, sementara 27.490 orang lainnya terluka," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, Ashraf al-Qudra, dalam konferensi pers di Kota Gaza.
Dia mengatakan 2.700 orang, termasuk 1.500 anak, juga dilaporkan terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan Israel dan diduga tewas seperti dilaporkan oleh Anadolu, Sabtu (11/11/2023).
"Agresi Israel telah menyebabkan 198 dokter dan tenaga medis tewas dan 53 ambulans hancur," kata juru bicara tersebut.
"Israel menyasar 135 lembaga kesehatan dan membuat 21 rumah sakit dan 47 pusat kesehatan perawatan primer tidak berfungsi," katanya.
Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober. Menurut data resmi, hampir 1.600 warga Israel tewas sejak saat itu.
Selain jumlah korban yang besar dan pengungsi massal, pasokan dasar semakin menipis bagi penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang akibat pengepungan Israel.
Kementerian Kesehatan Palestina pada Jumat mendesak untuk menghentikan apa yang disebutnya sebagai "pembantaian" terhadap rumah sakit di Gaza di tengah pengepungan dan serangan Israel yang berlanjut.
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Kesehatan di Ramallah, Mai Al-Kaila, meminta "akhir dari pembantaian terhadap rumah sakit dan pasien, staf medis, dan orang yang mengungsi di rumah sakit," sambil menambahkan bahwa bencana yang terjadi di Gaza saat ini tidak pernah terjadi dalam sejarah Palestina dan internasional.
"Rumah sakit dikepung, dibom, dan mereka yang berada di dalamnya tewas di depan seluruh dunia, tanpa Israel memperhatikan hukum, moral, atau adat istiadat. Ini adalah pembantaian," kata menteri tersebut.
Dia menggambarkan situasi saat ini sebagai keputusan yang sengaja membiarkan kematian, dengan alasan kurangnya bahan bakar dan persediaan medis sebagai alasan meningkatnya kematian di antara yang terluka.
Menteri tersebut menyoroti kondisi buruk infrastruktur kesehatan Gaza, mencatat bahwa 20 dari 35 rumah sakit di Gaza sekarang benar-benar tidak berfungsi.
Rumah Sakit Anak Al-Nasr di barat Kota Gaza menjadi tidak beroperasi pada Jumat akibat serangan Israel, menyebabkan kematian anak karena kekurangan oksigen, seperti yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan Palestina.
Sumber: VOA/Reuters/Anadolu