Tolak Pengungsi Gaza, Presiden Mesir Dukung Negara Palestina yang Demiliterisasi
el-Sisi mengklarifikasi kalau Mesir belum dan tidak akan menutup Penyeberangan Rafah tapi menolak pengungsi Gaza berada di wilayahnya
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Tolak Pengungsi Gaza, Presiden Mesir Dukung Negara Palestina yang Demiliterisasi
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi pada Jumat (24/11/2023) mengatakan kalau wacana “solusi dua negara” yang telah bergaung dari 30 tahun dan belum mencapai banyak hasil atas konflik yang terjadi di Palestina.
Ia menekankan, satu-satunya solusi terhadap permasalahan Palestina, sebagaimana dijelaskan oleh el-Sisi, adalah “pembentukan negara Palestina berdampingan dengan “Israel”, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.”
El-Sisi menyatakan kesiapan Mesir untuk membentuk negara Palestina demiliterisasi dengan jaminan keamanan dari NATO, PBB, atau pasukan Arab dan asing.
Baca juga: Israel Mau Usir Warga Palestina ke Sinai, IMF Rayu Mesir dengan Gepokan Duit Tambahan Utang
Dia juga menegaskan upayanya untuk memperpanjang gencatan senjata sementara untuk membebaskan lebih banyak tahanan di kedua pihak.
Presiden Mesir menekankan, prioritas tindakan saat ini adalah menahan eskalasi dan memberikan bantuan ke Gaza secukupnya untuk meringankan beban seluruh penduduknya.
Setelah pembicaraan dengan Perdana Menteri Spanyol dan Belgia di Istana Kepresidenan, el-Sisi mengklarifikasi kalau Mesir belum dan tidak akan menutup Penyeberangan Rafah.
Terkait perbatasan, dia menyalahkan "Israel" karena menghalangi keluarnya individu dengan kewarganegaraan ganda.
El-Sisi membahas gawatnya situasi di Gaza, menggambarkannya sebagai pengusiran paksa warga Gaza di luar perbatasan sektor tersebut.
El-Sisi menambahkan kalau Mesir “tidak akan mengizinkan pengungsian warga Palestina dari Jalur Gaza.” berada di wilayah negaranya.
Dia menekankan perlunya membangun zona aman di setiap wilayah Gaza untuk mengakomodasi mereka yang kehilangan rumah.
Gencatan senjata sementara antara pasukan Israel dan Perlawanan Gaza mulai berlaku pada pukul 7 pagi hari ini, menyusul agresi berkelanjutan Israel sejak 7 Oktober, yang mengakibatkan banyak korban jiwa.
Gencatan senjata, yang berlangsung selama empat hari dan dapat diperpanjang, mencakup pembebasan tahanan, terutama anak-anak, dari penjara Israel.
Gencatan senjata juga akan dimanfaatkan untuk pengiriman bantuan dan pengiriman bahan bakar sebagai imbalan atas pembebasan sandera yang ditangkap oleh milisi Perlawanan Palestina.