Gencatan Senjata Hari ke-2, Hamas akan Kembali Bebaskan 13 Sandera, Israel Terima Daftar Nama
Pada Sabtu (25/11/2023), sandera dengan jumlah 13 orang akan dibebaskan Hamas dari Gaza.
Penulis: Nuryanti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas mulai berlaku pada Jumat (24/11/2023) pukul 07.00 pagi waktu setempat.
Kesepakatan gencatan senjata akan dilakukan selama empat hari.
Kelompok pertama yang terdiri dari 13 sandera yang ditahan di Gaza dibebaskan pada hari pertama gencatan senjata.
Pada hari kedua, Sabtu (25/11/2023), sandera dengan jumlah yang sama yakni 13 orang, akan dibebaskan Hamas pada pukul 4 sore waktu setempat.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengonfirmasi bahwa mereka menerima daftar nama orang-orang yang diperkirakan akan dibebaskan dari Jalur Gaza.
Israel juga telah memberi tahu keluarga-keluarga tersebut.
Baca juga: Di Tengah Gencatan Senjata, Warga Palestina Dihalangi Israel Kembali ke Gaza: Situasinya Buruk
Diberitakan Al Jazeera, Palang Merah akan memfasilitasi pemindahan ke Penyeberangan Rafah di mana para sandera akan diserahkan ke tangan militer Israel.
Para sandera akan pergi ke pangkalan udara di Israel selatan untuk pemeriksaan kesehatan awal.
Mereka kemudian akan diterbangkan dengan helikopter ke beberapa rumah sakit di sekitar Tel Aviv.
Dilansir AP News, Hamas akan membebaskan sedikitnya 50 sandera, dan Israel 150 tahanan Palestina selama empat hari.
Kedua belah pihak memulai dengan sandera perempuan dan anak-anak.
Israel mengatakan, gencatan senjata selama empat hari dapat diperpanjang satu hari tambahan untuk setiap tambahan 10 sandera yang dibebaskan.
Baca juga: Rusia Terbangkan 105 Warganya dari Gaza Gunakan Pesawat Ilyushin
Pada hari Jumat, Hamas telah membebaskan 24 sandera yang mereka sandera di Gaza selama berminggu-minggu.
Sebanyak 13 perempuan dan anak-anak Israel juga telah keluar dari Gaza.
Turut dibebaskan 10 orang asal Thailand dan satu orang asal Filipina.
Israel juga membebaskan 39 warga Palestina dari penjara dalam tahap pertama pertukaran di bawah gencatan senjata empat hari yang menawarkan sedikit perubahan.
Baca juga: Perang Israel-Hamas, 15.083 Warga Gaza dan Tepi Barat Tewas Sejak 7 Oktober
Di Gaza, dimulainya gencatan senjata pada Jumat pagi membawa ketenangan pertama bagi 2,3 juta warga Palestina yang terguncang dan putus asa akibat pemboman Israel.
Peningkatan pasokan makanan, air, obat-obatan dan bahan bakar yang dijanjikan berdasarkan perjanjian tersebut mulai mengalir ke Gaza.
Gencatan senjata yang singkat ini membuat Gaza terperosok dalam krisis kemanusiaan dan berada di bawah ancaman bahwa pertempuran akan segera berlanjut.
Israel mengatakan, gencatan senjata dapat diperpanjang jika lebih banyak sandera yang dibebaskan.
Namun, Israel berjanji untuk melanjutkan serangan besar-besaran setelah gencatan senjata berakhir.
Hal ini mengaburkan harapan bahwa kesepakatan tersebut dapat membantu meredakan konflik, yang telah memicu gelombang kekerasan di Tepi Barat yang diduduki.
Baca juga: Pengiriman Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Meningkat di Hari Pertama Gencatan Senjata
Penghentian pertempuran pada hari Jumat memberikan kesempatan bagi penduduk Gaza yang mengungsi untuk mengatur napas setelah berminggu-minggu mengungsi untuk mencari perlindungan dan makanan.
Setelah gencatan senjata dimulai pada Jumat pagi, empat truk bahan bakar dan empat truk gas untuk memasak masuk dari Mesir, serta 200 truk pasokan bantuan.
Israel telah melarang semua impor ke Gaza selama perang, kecuali sedikit pasokan dari Mesir.
Larangan terhadap bahan bakar, yang dikatakan dapat dialihkan ke Hamas, menyebabkan pemadaman listrik di seluruh wilayah.
Rumah sakit, sistem air, toko roti, dan tempat penampungan kesulitan menjaga generator tetap menyala.
Baca juga: Israel Tembaki Warga Palestina yang Kembali ke Gaza Utara saat Gencatan Senjata 4 Hari
Selama gencatan senjata, Israel setuju untuk mengizinkan pengiriman 130.000 liter (34.340 galon) bahan bakar per hari, yang masih merupakan sebagian kecil dari perkiraan kebutuhan harian Gaza yang berjumlah lebih dari 1 juta liter.
Di sisi lain, ratusan ribu orang yang dievakuasi dari Gaza utara ke selatan diperingatkan untuk tidak kembali melalui selebaran yang dibagikan oleh Israel.
Pasukan Israel menguasai sebagian besar wilayah utara, termasuk Kota Gaza.
Namun, ratusan warga Palestina mencoba berjalan ke utara pada hari Jumat.
Warga bernama Sofian Abu Amer memutuskan mengambil risiko memeriksa rumahnya di Kota Gaza.
“Kami tidak mempunyai cukup pakaian, makanan dan minuman,” ungkapnya, Jumat.
“Situasinya sangat buruk. Lebih baik seseorang mati," katanya.
Baca juga: Saat 13 Sandera Yahudi Ditukar Tahanan Palestina, Israel Tetap Tembaki Warga Gaza
Dikutip dari Al Jazeera, warga Palestina di Gaza menikmati malam yang bebas dari serangan Israel, meskipun kebahagiaan bercampur dengan ketidakpastian setelah gencatan senjata singkat tersebut.
Lebih dari 14.800 warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Di Israel, jumlah resmi korban tewas akibat serangan Hamas mencapai 1.200 orang.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel