Hamas Bebaskan 13 Sandera Israel dan 11 WNA dari Gaza di Hari ke-1 Gencatan Senjata
Hamas membebaskan 24 sandera di hari pertama gencatan senjata 4 hari, terdiri dari 13 warga Israel dan 11 WNA, 50 sandera ditukar 150 warga Palestina.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Kelompok bersenjata Palestina, Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), membebaskan 24 sandera yang ditahan di Jalur Gaza pada Jumat (24/11/2023).
Mereka terdiri dari 13 warga Israel, 10 warga Thailand, dan 1 warga Filipina.
Adapun 13 sandera Israel itu ditukar dengan 39 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel pada malam harinya.
Penukaran sandera dan tahanan ini adalah grup pertama yang dibebaskan sesuai perjanjian gencatan senjata selama 4 hari antara Hamas dan Israel.
Total akan ada 50 sandera Hamas dan 150 tahanan Palestina yang dibebaskan selama 4 hari itu.
Kesepakatan itu ditengahi oleh Qatar dan Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Saat 13 Sandera Yahudi Ditukar Tahanan Palestina, Israel Tetap Tembaki Warga Gaza
Sementara warga negara asing yang menjadi sandera Hamas juga dibebaskan, namun berada di luar kesepakatan perjanjian gencatan senjata dan tidak bersyarat.
Palang Merah Internasional (ICRC) di Israel dan wilayah pendudukan mengatakan mereka mengangkut 24 sandera Hamas dari Jalur Gaza ke perbatasan Rafah dengan Mesir.
"Kami dengan lega mengonfirmasi pembebasan 24 sandera dengan aman," tulis ICRC di X pada Jumat (24/11/2023) malam.
Hamas bebaskan 13 sandera Israel di hari pertama
Baca juga: Serangan Sporadis Militer Israel ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza
Hamas membebaskan 13 warga Israel di hari pertama gencatan senjata yang disepakati selama 4 hari.
Brigade Al-Qassam (cabang militer Hamas), menyerahkan gelombang pertama sandera kepada ICRC.
Dalam video yang diambil Al Jazeera memperlihatkan para sandera keluar dari kendaraan batalion Hamas dan bergerak menuju mobil ICRC.
Hamas membantu seorang anak dan wanita lansia bergerak ke mobil ICRC.
Mereka kemudian dibawa ke Rafah, kemudian 13 sandera warga Israel akan dibawa ke rumah sakit di Israel untuk menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum pulang ke rumah.
"Warga negara kami menjalani pemeriksaan kesehatan awal dan keluarga mereka diberitahu oleh pejabat yang ditunjuk bahwa mereka telah kembali," kata kantor perdana menteri Israel dalam pernyataan.
Mereka termasuk empat anak-anak dan enam wanita lanjut usia.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan pemerintahannya berkomitmen untuk mengembalikan semua tawanan yang tersisa.
Selama gencatan senjata dan pembebasan tahanan ini, Israel melarang warga Palestina merayakan kembalinya anggota keluarga mereka dari penjara Israel.
Otoritas Israel juga mencegah tetangga dan wartawan untuk berkumpul di sekitar rumah beberapa tahanan Palestina untuk menghilangkan gambaran kemenangan Hamas.
Hamas Palestina vs Israel
Baca juga: Israel Konfirmasi Hamas Serahkan 13 Sandera ke Palang Merah, Ismail Haniyeh Tegaskan Hal Ini
Kesepakatan pembebasan 50 sandera Hamas dan 150 tahanan Palestina di penjara Israel ini menyusul pemboman Israel yang masif di Jalur Gaza.
Israel menanggapi Hamas Palestina yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Hamas mengatakan, serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.
Kelompok tersebut juga meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel.
Pemboman Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 14.758 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Jumat (24/11/2023), dikutip dari Al Jazeera.
Selain itu, kekerasan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina juga terjadi di Tepi Barat, wilayah yang dipimpin Otoritas Pembebasan Palestina (PLO).
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel