Malaysia Menolak, Ratusan Pengungsi Rohingya Diperkirakan Kembali Tiba di Aceh dalam Waktu Dekat
Para penyelundup pun disebut memanfaatkan situasi ini dengan menawarkan perjalanan menuju ke Indonesia atau Malaysia.
Editor: Hasanudin Aco
Namun banyak dari pengungsi ini setidaknya berjualan atau bekerja sebagai pekerja konstruksi yang diupah murah.
Namun belakangan ini, Lewa mengatakan penumpang kapal didominasi oleh perempuan muda beserta keluarga mereka.
"Itu menunjukkan bahwa faktor pendorong mereka untuk keluar dari Bangladesh sudah lebih kuat dibanding faktor ekonomi yang selama ini menarik mereka ke Malaysia. Yang penting mereka bisa keluar dari kamp," kata Lewa.
Para penyelundup pun diuntungkan oleh situasi ini. Tetapi, bagaimana mereka membiayai perjalanan untuk seluruh anggota keluarga?
Menurut riset kecil-kecilan Arakan Project, biaya perjalanan menuju Indonesia kini telah "lebih murah" dibanding sebelumnya.
Para penyelundup membeli kapal bekas dari nelayan Bangladesh, yang kini merasa kesulitan mendapatkan ikan di laut.
Arakan Project juga mengidentifikasi bahwa kapal-kapal yang mengangkut para pengungsi menuju Indonesia itu merupakan kapal-kapal Bangladesh.
"Kalau penyelundup berinvestasi pada kapal, kapal itu pada akhirnya akan ditinggalkan. Jadi mereka membeli kapal bekas yang jauh lebih murah. Meskipun begitu, mereka tetap mendapat untung yang besar," jelas Lewa.
"Saya rasa ini juga menjadi alasan mengapa lebih mudah bagi mereka untuk pergi meninggalkan kamp dan mengumpulkan uang."
"Dan saya khawatir ini hanya lah permulaan, dan akan ada ribuan pengungsi yang akan mendarat di Aceh," tutur Lewa.
Indonesia 'perlu bersiap'
Rentetan kedatangan pengungsi Rohingya di Aceh ini dinilai menggambarkan betapa buntunya upaya regional Asia Tenggara mengatasi krisis di Myanmar, menurut pengamat dan aktivis.
Lewa menilai upaya ASEAN untuk mengatasi krisis di Myanmar "tidak berprogres".