Amnesty International Klaim Senjata Buatan AS Dipakai saat IDF Serang Gaza, 43 Warga Sipil Tewas
Amnesty International menuduh sistem panduan senjata buatan Amerika Serikat (AS), digunakan dalam dua serangan udara Israel di Gaza pada Oktober 2023.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Berdasarkan investigasi yang dilakukan Amnesty International, diduga sistem panduan senjata buatan Amerika Serikat (AS), digunakan dalam dua serangan udara Israel di Gaza pada bulan Oktober 2023.
Akibat serangan udara Israel itu 43 warga sipil di Gaza tewas.
Fragmen sistem panduan Joint Direct Attack Munitions (JDAM) buatan AS ditemukan di reruntuhan rumah yang hancur di lingkungan Deir al-Balah di Gaza tengah, menurut sebuah laporan yang dirilis pada Selasa (5/12/2023) oleh Amnesty International.
"JDAM adalah perangkat pemandu yang mengubah bom jatuh bebas yang tidak terarah menjadi amunisi 'pintar' yang akurat dan mampu melawan cuaca buruk," menurut Angkatan Udara AS.
Israel memang dilaporkan menggunakan berbagai macam senjata dan amunisi Amerika.
Baca juga: Amnesty International Ungkap Hasil Penelitian Tentang TikTok dan Bahaya untuk Anak dan Remaja
Namun laporan Amnesty International adalah salah satu upaya pertama untuk menghubungkan senjata buatan Amerika dengan serangan tertentu yang menyebabkan sejumlah besar warga sipil tewas.
CNN tidak dapat memverifikasi temuan Amnesty International secara independen.
Laporan tersebut menjelaskan lebih lanjut bahwa Amnesty International mengatakan para ahli senjata dan "analis penginderaan jarak jauh" memeriksa citra satelit dan foto rumah-rumah.
Dan tampak pecahan persenjataan yang ditemukan dari puing-puing yang hancur.
Akibat dua serangan ini, 19 anak-anak, 14 perempuan, dan 10 laki-laki tewas, klaim laporan tersebut.
Baca juga: Audiensi ke KPU, Amnesty International Minta Pelanggaran HAM Berat Masuk di Debat Pilpres
Amnesty International menguraikan tidak menemukan indikasi apa pun soal sasaran militer yang berada di lokasi serangan udara tersebut.
Dalam laporan yang dibagikan organisasi hak asasi manusia menekankan bahwa penggunaan senjata AS untuk serangan semacam itu harus menjadi peringatan mendesak bagi pemerintahan Presiden Joe Biden.
Pada Rabu (6/12/2023), Juru bicara Amnesty International, Matt Miller mengatakan Departemen Luar Negeri AS sedang meninjau laporan tersebut.
"Kami telah menjelaskan dalam diskusi kami dengan para pemimpin Israel bahwa kami sangat prihatin terhadap perlindungan warga sipil dalam konflik ini," kata Miller.
"Kami berharap Israel hanya menargetkan sasaran yang sah dan mematuhi hukum konflik bersenjata," lanjutnya.
Baca juga: Tanggapan Amnesty International Indonesia soal Kerusuhan di Wamena yang Telan Korban jiwa
IDF: Laporan Bias
Dalam sebuah pernyataan kepada CNN, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyebut laporan tersebut "cacat, bias dan prematur, berdasarkan asumsi tidak berdasar mengenai operasi IDF".
IDF mengaku menyesalkan segala kerugian yang ditimbulkan terhadap warga sipil atau properti sipil sebagai akibat dari operasinya.
Tentara Israel juga akan mengkaji seluruh operasinya agar menjadi lebih baik.
Dilansir dari Al Monitor, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan lebih dari 80 persen warga Palestina di Gaza menjadi pengungsi akibat pemboman Isreal.
Israel pun mendesak orang-orang untuk meninggalkan sisi utara Gaza ke selatan agar tidak terkena serangan.
Di tengah serangan yang sedang berlangsung oleh faksi-faksi yang didukung Iran di wilayah tersebut, sistem pertahanan Arrow Israel mencegat rudal yang ditembakkan oleh pemberontak Houthi di Yaman, IDF melaporkan, dikutip dari Reuters.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)