AS-Israel Rebutan Balas Serang Ansarallah, Washington Desak Tel Aviv Tak Respons Rudal Houthi Yaman
Washington mengatakan ke Israel untuk membiarkan AS yang merespons serangan milisi Ansarallah (Houthi) Yaman untuk menghindari meluasnya perang
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AS-Israel Rebutan Balas Serangan Ansarallah, Washington Desak Tel Aviv Tak Balas Houthi Yaman
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) dilaporkan mendesak Israel untuk tidak menanggapi serangan rudal dan drone dari gerakan perlawanan Ansarallah (Houthi) di Yaman.
Laporan Wall Street Journal (WSJ) menyebut, Israel dan AS “terpecah belah mengenai bagaimana menanggapi” Ansarallah. Baik AS maunpun Israel, seperti berebut untuk membalas serangan dari milisi Yaman tersebut.
Menurut WSJ, mengutip pernyataan pemerintah AS dan beberapa pejabat pemerintah lainnya pada Rabu (6/12/2023), AS mendesak Israel agar membiarkan Washington yang membalas, bukan Tel Aviv.
Baca juga: Anggap Houthi Yaman Kurang Ajar, Inggris Kirim Kapal Perang Angkatan Laut Kerajaan ke Perairan Teluk
Karena, kata laporan tersebut, jika Israel yang membalas, AS khawatir kalau perang Gaza akan meluas di kawasan. Jika perang meluas, maka kepentingan AS yang lebih besar di Timur Tengah juga akan ikut terancam.
“Israel dan AS telah menembak jatuh sebagian besar ancaman udara ini, namun AS telah meminta Israel untuk membiarkan militer Amerika merespons Houthi daripada mengambil risiko (oleh) respons Israel yang dapat memperluas konflik,” kata para pejabat tersebut.
Laporan Politico mengutip para pejabat AS, pada Rabu, menyebut kalau Washington sangat berhati-hati dalam menyerang Ansarallah.
“Pejabat senior pemerintahan Biden setuju kalau menyerang Houthi di Yaman adalah tindakan yang salah untuk saat ini, meskipun beberapa perwira militer telah mengusulkan tanggapan yang lebih keras terhadap serangan milisi di Laut Merah,” tulis laporan itu.
“Ada konsensus tingkat tinggi dalam pemerintahan bahwa tidak masuk akal bagi militer AS untuk merespons langsung terhadap Houthi,” kata para pejabat tersebut.
Namun, beberapa pejabat, termasuk anggota parlemen dari Partai Republik Pete Ricketts, berpendapat kalau Ansarallah harus “dipukul dua kali lebih keras.”
Ansarallah dan Tentara Yaman Nyatakan Perang Terhadap Entitas Israel dan AS di Laut Merah
Ansarallah dan Angkatan Bersenjata Yaman telah menyatakan perang terhadap pelayaran Israel di Laut Merah.
Sejak 19 November, Yaman telah menyita satu kapal Israel dan melancarkan serangan drone terhadap dua kapal lainnya.
Pasukan Yaman meluncurkan drone dan rudal terhadap dua kapal Israel di Laut Merah pada hari Minggu, 3 Desember, mengumumkan serangan tersebut melalui saluran media mereka.
Washington mengklaim kalau kapal perang Angkatan Laut AS, Carney, ikut campur dalam serangan tersebut, sehingga terjadi baku tembak.
Namun pernyataan Yaman tidak menyebutkan adanya balasan dari pihak AS.
Meskipun hal ini menimbulkan kekhawatiran di Washington kalau Ansarallah mungkin berusaha menargetkan kapal perang AS, Pentagon mengumumkan kalau tidak ada bukti yang menunjukkan kalau Kapal Carney adalah sasaran serangan hari Minggu.
Sejak dimulainya perang di Gaza, milisi perlawanan Yaman juga telah melancarkan beberapa serangan drone dan rudal terhadap sasaran Israel, khususnya kota Eilat yang diduduki di selatan. Yang terbaru terjadi pada 6 Desember.
“Dengan pertolongan Tuhan Yang Maha Esa, kekuatan rudal Angkatan Bersenjata Yaman meluncurkan sejumlah rudal balistik ke sasaran militer entitas Israel di daerah Umm al-Rashrash, selatan Palestina yang diduduki,” kata tentara Yaman pada hari Rabu.
Baca juga: Setelah Tel Aviv, Giliran Kota Eilat di Israel Selatan Dibidik Rudal-Rudal Balistik Houthi Yaman
Pernyataan itu muncul ketika Arab Saudi telah meminta Washington untuk “menunjukkan pengendalian diri” dalam menanggapi serangan dari milisi Yaman, seperti dilaporkan Reuters dengan mengutip dua sumber informasi.
“Pesan Riyadh untuk menahan diri kepada Washington bertujuan untuk menghindari eskalasi lebih lanjut. Riyadh sejauh ini senang dengan cara Amerika Serikat menangani situasi ini,” kata sumber tersebut, seraya menambahkan kalau negara kerajaan tersebut “berusaha untuk menahan dampak perang Hamas-Israel.”
(oln/pltc/rtrs/TC/*)