Pasukan Israel Kepung Rumah Pemimpin Hamas Yahya Al-Sinwar di Khan Younis Gaza Selatan
Pasukan Israel mengepung sebuah rumah yang disebut menjadi kediaman pemimpin Hamas Yahya Al-Sinwar di Khan Younis, kota terbesar di Gaza Selatan.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, JERUSALEM – Perang Israel dengan kelompok militan Hamas di Gaza selatan kini telah memasuki jantung kota Khan Younis.
Militer Israel dilaporkan telah mengepung sebuah rumah yang disebut menjadi tempat tinggal pemimpin Hamas Yahya Al-Sinwar.
“Kami terus berupaya mengepung rumah pemimpin Hamas," ujar juru bicara militer Israel.
“Rumahnya mungkin bukan bentengnya dan dia bisa melarikan diri, tetapi hanya masalah waktu sebelum kita menangkapnya,” sambungnya.
Pesawat-pesawat tempur Israel juga membom sasaran-sasaran di sepanjang jalur pantai yang padat penduduknya dalam salah satu fase terberat dalam perang yang telah berlangsung selama dua bulan tersebut.
Kantor berita resmi Palestina WAFA melaporkan, sedikitnya 17 orang tewas dalam serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di Maghazi di Gaza Tengah pada Rabu (6/12/2023) malam waktu setempat.
Warga Sipil Mencari Tempat Aman
Ratusan ribu orang yang telah kehilangan tempat tinggal di Gaza utara selama perang, putus asa mencari perlindungan di tempat-tempat yang semakin berkurang di wilayah selatan yang dianggap aman oleh Israel.
Baca juga: Brigade al-Qassam Bunuh 10 Tentara Israel dalam Pertempuran Jarak Dekat di Timur Khan Younis
“Tidak ada kamar mandi. Kami bahkan tidak bisa mencuci jika ingin salat,” kata Enas Mosleh, pengungsi Palestina.
“Ini adalah daerah yang sangat terpencil,” sambungnya.
Baca juga: Tak Becus Hadapi Gempuran Hamas, Oposisi Israel Minta Netanyahu Mundur dari Kursi Perdana Menteri
Warga Palestina lainnya yang melarikan diri ke Al Mawasi mengatakan dirinya dan lima anggota keluarganya terpaksa berbagi tenda dan tidur di atas trotoar.
“Kami menderita akibat perang meriam dan lolos dari perang tersebut hingga tiba pada perang kelaparan,” kata Ibrahim Mahram, warga Palestina lainnya.