Kekacauan di Gedung Parlemen India, 2 Penyusup Masuk dan Lemparkan Bom Asap
2 penyusup melewati sistem keamanan parlemen India, lempar bom asap ke arah anggota parlemen.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Dua pria memasuki ruang majelis rendah (DPR) parlemen India pada hari Rabu (13/12/2023) dan melemparkan bom asap.
Kedua penyusup itu melompat dari galeri pengunjung dan melemparkan tabung asap ke tengah-tengah ruangan anggota yang sedang menggelar rapat, The Independent melaporkan.
Perdana Menteri Narendra Modi tidak berada di ruangan saat itu.
Tayangan langsung yang disiarkan di televisi memperlihatkan para anggota parlemen terkejut dengan insiden yang terjadi.
Beberapa berusaha menangkap para pria tersebut ketika mereka naik dari satu meja ke meja lainnya.
Dua tersangka telah ditahan atas pelanggaran keamanan, kata polisi.
Baca juga: Sindikat Penjualan Ginjal Jaringan India-Indonesia Ditemukan di Medan, Korban Dijanjikan Rp175 Juta
Dua orang lainnya, seorang pria bernama Anmol dari Maharashtra dan seorang wanita bernama Neelam dari Haryana, ditahan di luar kompleks parlemen karena melakukan protes dan melepaskan bom asap.
Polisi mengatakan mereka masih menyelidiki memastikan apakah kedua insiden itu berkaitan.
“Keduanya telah ditangkap dan barang-barang yang dibawanya juga telah disita."
"Dua orang yang berada di luar parlemen juga telah ditangkap polisi,” kata Om Birla, Ketua Majelis Rendah, atau Lok Sabha.
“Pada pemeriksaan awal diketahui bom itu hanya berupa asap dan tidak perlu dikhawatirkan,” ujarnya.
Anggota Kongres Gurjeet Singh Aujla, yang membantu menahan kedua pelaku tersebut, mengatakan bahwa para anggota parlemen mendengar keributan pada saat-saat terakhir zero hour (periode waktu tanya jawab yang dimulai pada siang hari).
“Dia memegang sesuatu di tangannya yang mengeluarkan asap berwarna kuning," kata Aujla.
"Saya merampasnya lalu membuangnya ke luar, ini merupakan pelanggaran keamanan besar."
Baca juga: Produksi Gula RI Kalah dari Brasil dan India, Erick Thohir: Masa Gini-gini Saja
Anggota parlemen BJP Rajendra Agarwal, yang memimpin sidang tersebut, mengatakan kepada wartawan.
“Pasti ada celah. Saat orang pertama terjatuh, kami mengira dia mungkin terjatuh, namun saat orang kedua mulai terjatuh, kami semua menjadi berhati-hati.”
“Orang itu mencoba membuka sepatunya dan mengeluarkan sesuatu, lalu keluar asap."
"Tindakan akan diambil untuk mengatasi hal ini."
"Ketua DPR dan orang-orang yang bertanggung jawab akan mengambil keputusan mengenai hal ini.”
“Pada hari ini, parlemen India diserang lagi,” kata anggota parlemen Karti Chidambaram kepada wartawan di luar parlemen.
Anggota Lok Sabha mengatakan para tersangka berteriak: 'Tana shahi nahi chalegi' (kediktatoran tidak akan ditoleransi).
Serangan Teroris di Parleman India 22 Tahun Lalu
Serangan ini terjadi pada peringatan 22 tahun serangan teroris mematikan tahun 2001 terhadap parlemen India yang menewaskan 14 orang, termasuk petugas keamanan dan lima pria bersenjata.
Pada tanggal 13 Desember 2001, 5 teroris bersenjata lengkap menerobos kompleks parlemen dan melepaskan tembakan tanpa pandang bulu.
Baca juga: Apa Ambisi dan Target Iklim India di COP28 Dubai?
Mereka menargetkan personel keamanan dan anggota parlemen.
Bentrokan berlangsung berjam-jam.
Serangan tersebut mengakibatkan kematian sembilan orang (termasuk delapan personel keamanan), dan lima teroris.
Sebelumnya insiden hari itu, Presiden Droupadi Murmu, Modi dan para pemimpin lainnya, termasuk dari partai Kongres, memberikan penghormatan kepada para korban serangan tersebut.
“Hari ini, kami memberikan penghormatan berupa bunga kepada para pahlawan kami yang telah mengorbankan hidup mereka selama penyerangan di Parlemen dan hari ini juga terjadi penyerangan di dalam DPR."
"Apakah ini membuktikan bahwa kita gagal menjaga tingkat keamanan yang tinggi?” tanya Birla.
Dia juga memuji anggota parlemen atas keberanian mereka dalam menangkap dua penyusup tersebut.
Gedung DPR Baru Diresmikan
Insiden ini juga terjadi hanya beberapa bulan setelah Modi meresmikan gedung parlemen yang baru dibangun, sebuah proyek senilai £97 juta, untuk dipindahkan ke kompleks modern dari gedung era kolonial.
Kompleks parlemen berbentuk segitiga ini terletak tepat di seberang gedung tua berbentuk lingkaran yang dibangun oleh arsitek Inggris Edwin Lutyens dan Herbert Baker pada tahun 1927.
Namun langkah tersebut menuai kritik keras dari politisi oposisi, arsitek dan pakar warisan budaya.
Banyak di antaranya menyebut proyek mahal tersebut tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan dan merupakan ancaman terhadap warisan budaya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)