Survei Asosiasi Kedokteran Jepang: 4 Persen Dokter Ingin Akhiri Hidup akibat Stres Jam Kerja Tinggi
Survei Asosiasi Kedokteran Jepang mengungkap jumlah dokter yang ingin mengakhiri hidupnya setiap minggu sebanyak 4% pada tahun 2021.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Survei Asosiasi Kedokteran Jepang mengungkap jumlah dokter yang ingin mengakhiri hidupnya setiap minggu sebesar 5,7 persen di tahun 2009 dan 3,6 persen pada tahun 2015.
Jumlah ini meningkat lagi menjadi 4 persen pada tahun 2021.
Survei dilakukan terhadap 10.000 dokter yang ada di Jepang.
"Para dokter bekerja dengan jam kerja yang tinggi sehingga Asosiasi Kedokteran Jepang melakukan survei ini," papar Kenji Shibuya, Direktur Riset, The Tokyo Foundation untuk riset dalam jumpa pers, Jumat (15/12/2023).
Baca juga: Jamuan Makan Malam di Kekaisaran Jepang, Kaisar Naruhito Sampaikan Terima Kasih kepada Jokowi
Selain itu disebut kasus bunuh diri mencuat lagi sejak seorang dokter berusia 26 tahun,
Takashima Shingo bunuh diri tanggal 17 Mei 2022.
Ibu dan keluarganya dokter itu kemudian memberikan keterangan pers lagi, Jumat (15/12/2023).
Takashima Shingo, dokter salah satu rumah sakit di Jepang mengalami stres karena bekerja 10 hari lebih tanpa libur sehari pun.
Dia akhirnya depresi hingga memilih untuk mengakhiri hidupnya.
Kondisi Takashima Singo usai lembur lebih dari 207 jam sebulan diungkap pihak keluarga.
Junko Takashima, ibu dari Takashima Shingo, mengatakan anaknya dalam kondisi sulit dan tidak ada yang membantu.
"Anak saya tidak akan menjadi dokter yang baik hati, dia juga tidak akan mampu menyelamatkan pasien dan berkontribusi kepada masyarakat. Namun, saya sangat berharap lingkungan kerja para dokter ditingkatkan sehingga hal yang sama tidak terjadi lagi di masa depan," kata Junko.
Baca juga: Terungkap Keseharian Pasutri dan Putrinya yang Diduga Tewas Bunuh Diri di Pakis Malang
Sementara itu pihak rumah sakit Konan Medical Center membantah tuduhan tersebut.
Namun badan pengawas ketenagakerjaan pemerintah memutuskan bahwa kematiannya disebabkan oleh kecelakaan kerja karena jam kerjanya yang panjang, yang menyoroti tekanan besar yang diberikan kepada petugas kesehatan.