Mengenal Varian Baru Covid-19 JN.1 dan Gejalanya, Apakah Sudah Menyebar di Indonesia?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada Selasa (19/12/2023), mengategorikan JN.1 sebagai 'variant of interest'.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini sejumlah penjelasan terkait varian baru Covid-19, JN.1.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada Selasa (19/12/2023), mengategorikan JN.1 sebagai 'variant of interest'.
Dikutip dari AlJazeera, JN.1 pertama kali dilaporkan di Amerika Serikat (AS) pada September 2023.
Sejak itu, diperkirakan varian baru JN.1 telah menyebar ke 41 negara.
Baca juga: Menkes Perkirakan Puncak Kasus Covid-19 Subvarian JN.1 Terjadi Pada Januari
Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai varian baru Covid JN.1:
1. Apa strain baru COVID-19 JN.1?
Varian baru ini kini diawasi secara ketat oleh lembaga kesehatan masyarakat di seluruh dunia karena tingkat penularannya yang meningkat.
Strain virus corona baru, JN.1, muncul dari varian terbaru sebelumnya yang diberi nama BA 2.86.
Jenis Covid-19 yang terakhir itu, merupakan bagian dari garis keturunan varian “ Omicron” – jenis COVID-19 yang mengacak-acak banyak negara tahun lalu.
Setiap virus memiliki “protein lonjakan” uniknya sendiri.
Baca juga: Kasus Covid-19 Subvarian JN.1 Bertambah Jadi 41 Orang di Indonesia
Protein lonjakan ini memungkinkan mereka menginfeksi sel dan menyebabkan gejala tertentu.
Perubahan tambahan atau “mutasi” pada urutan DNA dari lonjakan tersebut menunjukkan munculnya “varian” baru dari virus tersebut.
Variannya dapat berbeda dalam hal tingkat keparahan, penularan, dan respons terhadap pengobatan gejala.
“Varian baru ini menunjukkan perbedaan genetik yang lebih besar dari pendahulunya, menandakan evolusi virus yang sedang berlangsung ,” kata Laith Abu-Raddad, profesor kebijakan dan penelitian perawatan kesehatan, di Weill Cornell Medicine di Qatar.
BA 2.86 memiliki 20 mutasi pada protein lonjakannya, JN.1 memiliki 21 mutasi.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat menamai mutasi tambahan ini sebagai L455S.
Baca juga: Kemenkes: Kasus Covid-19 Varian JN.1 di RI Umumnya Bergejala Ringan
CDC mengatakan mutasi ini mungkin membantu virus menghindari respons dari manusia. sistem kekebalan tubuh.
Masyarakat pun disarankan untuk suntik vaksin Covid-19 lagi.
2. Di mana JN.1 terdeteksi?
JN.1 pertama kali terdeteksi di AS pada bulan September, sebulan setelah varian induknya, BA 2.86, tercatat di negara tersebut.
Sejak itu, penyakit ini telah menyebar ke 41 negara, menurut laporan WHO pada hari Senin (18/12/2023).
Urutan virus dari tes PCR dianalisis secara berkala untuk mendeteksi strain baru.
Baca juga: Update Virus Covid-19 varian JN.1 di Batam: 2 Orang Terpapar, 4 Suspect
Selama sekitar satu bulan pertama, JN.1 hanya menyumbang 0,1 persen penularan virus corona di AS.
"Namun, pada tanggal 8 Desember, negara ini bertanggung jawab atas antara 15 dan 29 persen kasus COVID," menurut CDC
CDC mencatat bahwa virus Corona mencapai puncak menularannya sekitar tahun baru.
3. Haruskah kita khawatir tentang JN.1?
CDC belum menemukan bukti yang menunjukkan bahwa JN.1 menimbulkan peningkatan risiko terhadap kesehatan masyarakat dibandingkan varian lainnya.
Para ahli mengatakan peningkatan kasus mungkin merupakan bagian dari tren dan kondisi musim dingin.
Misalnya, orang-orang di seluruh dunia menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan sehingga patogen dapat menyebar dengan lebih cepat.
Jenis gejalanya diperkirakan sama dengan COVID-19.
CDC menyarakan semua tindakan di era pandemi seperti isolasi mandiri dan penggunaan masker dianjurkan sebagai tindakan pencegahan.
Baca juga: Sehari Ada 200 Kasus Covid-19, Kemenkes: Varian JN.1 Tidak Ganas
4. Apa saja gejala JN.1?
Seperti varian COVID-19 lainnya, gejalanya akan berbeda berdasarkan kekebalan seseorang dan kesehatan secara keseluruhan, menurut CDC.
Gejala umumnya meliputi demam atau menggigil, batuk, kelelahan, dan nyeri tubuh.
5. Kasus JN.1 di Indonesia
Jelang liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024, terus terjadi kenaikan kasus Covid-19.
Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, mengungkap, kasus Covid-19 subvarian JN.1 telah bertambah di Indonesia.
Jika sebelumnya kasus Covid-19 subvarian JN.1 hanya empat, kini bertambah menjadi 41 kasus.
"JN.1 menjadi 41 kasus,” ungkap Budi melalui keterangan resmi tertulis yang diterima Tribunnews.com, Jumat (22/12/2023).
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani/Aisyah Nursyamsi)