Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penasihat Presiden Palestina Siap Khotbah, Jamaah Sholat Jumat Pilih Pergi, Ada Apa?

Jamaah sholat Jumat di Tepi Barat memilih pergi saat pejabat PA, Mahmoud Al-Habbash akan berkhotbah. Ia sebelumnya menunjukkan sikap menentang Hamas.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
zoom-in Penasihat Presiden Palestina Siap Khotbah, Jamaah Sholat Jumat Pilih Pergi, Ada Apa?
FOTO AFP/OMAR SALEM
Menteri Pertanian dan Sosial Palestina, Mahmud al-Habbash, menghadiri pertemuan Organisasi Konferensi Islam (OKI) di kota pelabuhan Laut Merah Jeddah pada tanggal 3 Januari 2009 - Jamaah sholat Jumat di Tepi Barat memilih pergi saat pejabat PA, Mahmoud Al-Habbash akan berkhotbah. Ia sebelumnya menunjukkan sikap menentang Hamas. 

TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah jamaah sholat Jumat di Masjid Ain Munjid di kota Ramallah, Tepi Barat tengah, memilih untuk keluar saat khatib naik ke mimbar pada Jumat (22/12/2023).

Khatib pada hari itu adalah Penasihat Presiden Otoritas Palestina untuk Urusan Agama, Mahmoud Al-Habbash, yang naik mimbar untuk menyampaikan khutbah Jumat.

Keluarnya para jamaah terekam dalam sebuah video yang viral di media sosial.

Politisi dan aktivis Palestina menekankan keluarnya jamaah dari sebuah masjid setelah Mahmoud Al-Habbash, naik mimbar adalah bentuk protes terhadap pernyataan sebelumnya.

Sebelumnya, Mahmoud Al-Habbash menunjukkan sikap menentang kelompok perlawanan, termasuk Hamas, dan berniat meminta pertanggungjawaban Hamas setelah perang di Gaza selesai.

Baca juga: Hamas Ledek Penarikan Batalyon Brigade Golani Israel dari Gaza, Biar Bisa Istirahat 48 Jam

Komentar Pejabat Palestina

Wakil Presiden Dewan Legislatif Palestina, Hassan Khraisha, mengapresiasi jamaah yang keluar, setelah Al-Habbash naik mimbar.

Berita Rekomendasi

“Rakyat kami tahu cara yang benar untuk meminta pertanggungjawaban mereka (Otoritas Palestina atau PA) yang mengucapkan apa yang haram. Inilah pesannya kepada para imam jika ada di antara kalian yang berani menindas para pembuat kemenangan," kata Hassan Khraisha, Jumat (22/12/2023).

"Gerakan besar-besaran saat ini, tidak akan ragu untuk mempertahankannya dengan berbagai cara, dan keluarnya jamaah hari ini tidak lain hanyalah pertanggungjawaban serius bagi orang-orang seperti mereka," lanjutnya, dikutip dari Al Jazeera.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengadakan konferensi pers bersama dengan presiden Turki setelah pertemuan mereka di Kompleks Kepresidenan di Ankara pada 25 Juli 2023.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengadakan konferensi pers bersama dengan presiden Turki setelah pertemuan mereka di Kompleks Kepresidenan di Ankara pada 25 Juli 2023. (Adem ALTAN / AFP)

Baca juga: RSF Ajukan Lagi Gugatan Kejahatan Perang Israel Terhadap Jurnalis di Gaza

Sementara itu, aktivis politik Palestina, Arab Mansour, percaya apa yang dilakukan jamaah sholat Jumat itu hanyalah protes kecil.

"Ini adalah hal yang paling kecil dan merupakan pesan kepada Al-Habbash dan orang lain seperti dia, bahwa perlawanan adalah garis merah, dan Anda tidak boleh mendekatinya," kata Arab Mansour, Jumat (22/12/2023).

“Tidak peduli seberapa keras Al-Habash, dan sebelumnya anggota pusat Fatah Hussein Al-Sheikh; mencoba memanipulasi kata-kata, menarik pernyataan mereka, dan mengatakan mereka keliru berbicara. Rakyat Palestina telah menyadari niat jahat mereka dan menanggapinya setiap hari dan setiap jam," lanjutnya.

Ia kemudian menyinggung PA yang berupaya mengkoordinasikan keamanan dengan Israel dan Amerika Serikat untuk masa depan Jalur Gaza.

“Masyarakat saat ini membandingkan dan memihak mereka yang membela mereka dan menimbulkan kerugian besar pada musuh, bukan mereka yang mengoordinasikan keamanan dengan pendudukan dan mengirim pesan ke Amerika dan Israel untuk mengadopsi alternatif yang siap untuk melakukan perlawanan," katanya.

Warga Palestina memeriksa puing-puing di dekat sekolah PBB tempat para pengungsi berlindung setelah serangan Israel menghantam sebuah rumah di dekatnya, di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 21 Desember 2023, di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok militan Hamas.
Warga Palestina memeriksa puing-puing di dekat sekolah PBB tempat para pengungsi berlindung setelah serangan Israel menghantam sebuah rumah di dekatnya, di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 21 Desember 2023, di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok militan Hamas. (Muhammad ABED / AFP)

Baca juga: Israel Ancam akan Bunuh Yahya Sinwar, Hamas: Tong Kosong, IDF Pamer Prestasi Palsu

Al-Habash: Hamas Mempertaruhkan Kepentingan Rakyat

Sebelumnya, pada Senin (18/12/2023), Al-Habash menuduh Hamas mempertaruhkan kepentingan dan persatuan rakyat.

"Akan ada pertanggungjawaban yang keras setelah perang,” menurut klaimnya, dikutip dari The Times of Israel.

Al-Habash mengatakan Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah mengutuk Hamas secara diam-diam.

“Abbas telah mengutuk gerakan Hamas dalam setiap panggilan telepon dan pertemuan yang dia adakan dengan para pemimpin dunia sejak operasi banjir Al-Aqsa pada tanggal 7 Oktober, namun dia tidak akan melakukannya secara terbuka sementara perang terus berlanjut di Gaza," katanya.

“Otoritas Palestina (PA) siap memikul tanggung jawab penuh di Gaza, asalkan mereka (Hamas) berdampingan dengan Tepi Barat, dan bukan sebagai kontraktor untuk Israel,” lanjutnya.

Ia mengklaim PA mampu mengendalikan situasi di Gaza seperti Tepi Barat, namun membutuhkan masa transisi setidaknya 6 bulan sebelum dapat kembali memerintah Jalur Gaza.

Gambar yang diambil dari Israel selatan yang berbatasan dengan Jalur Gaza pada 22 Desember 2023, menunjukkan asap mengepul menyusul pemboman Israel di wilayah Palestina di tengah pertempuran yang sedang berlangsung dengan kelompok militan Hamas.
Gambar yang diambil dari Israel selatan yang berbatasan dengan Jalur Gaza pada 22 Desember 2023, menunjukkan asap mengepul menyusul pemboman Israel di wilayah Palestina di tengah pertempuran yang sedang berlangsung dengan kelompok militan Hamas. (Jack GUEZ / AFP)

Hamas Palestina vs Israel

Sebelumnya, Israel melakukan pengeboman besar-besaran untuk menanggapi Hamas yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.

Hamas mengatakan serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.

Kelompok tersebut menculik 240 orang dari wilayah Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel, yang direvisi menjadi 1.147.

Sementara itu pembalasan Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 20.000 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Sabtu (23/12/2023), lebih dari 2,2 juta warga Palestina menjadi pengungsi, dikutip dari Al Jazeera.

Kekerasan juga meningkat di Tepi Barat, terutama setelah Israel melakukan penyerbuan besar-besaran ke wilayah yang dikuasai Otoritas Pembebasan Palestina (PLO) tersebut.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas