Houthi Serang Kapal Israel di Laut Merah: Rusia Ketiban Cuan, Barat Menderita
Serangan Houthi terhadap kapal Israel dan Barat di Laut Merah mengancam rantai pasokan industri di Barat.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Serangan militan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah yang terafiliasi dengan Israel membuat Barat menderita.
Sebelumnya, pemimpin Houthi mengaku menargetkan kapal-kapal Israel sebagai pembalasan atas kekejaman Israel di Gaza.
Dikutip dari Russian Today, Houthi tampaknya tidak hanya menargetkan kapal Israel, tetapi juga kapal negara-negara Barat.
Perusahaan-perusahan ekspedisi pengiriman kemudian menangguhkan operasinya di Laut Merah karena serangan Houthi itu.
Kapal-kapal terpaksa menempuh jalur lain, yakni dengan mengelilingi Afrika. Namun, jalur alternatif itu membuat waktu perjalanan menjadi lebih lama dan mahal.
Eropa kini menghadapi dampak ekonomi karena terganggunya pengiriman barang lewat Laut Merah.
Terganggunya pengiriman itu disebut mengancam rantai pasokan industri di Eropa.
Baca juga: Kapal Tanker Kimia Diserang Drone di Samudera Hindia, Pentagon Tuding Houthi Yaman
Sementara itu, makin banyak kapal tanker Rusia yang berlayar di perairan itu dalam perjalanannya menuju ke Asia.
Hal itu karena setelah Eropa mengurangi impor minyak Rusia, Rusia mengalihkan ekspor minyak ke Asia. Hasilnya, lalu lintas pengiriman minyak lewat Laut Merah meningkat hingga 140 persen.
Dikutip dari Hindu Times, Houthi dilaporkan tidak menyerang kapal Rusia di Laut Merah.
Media Rusia mengklaim Houthi telah mengizinkan kapal Rusia untuk melewati perairan itu dengan aman.
Jumlah kapal tanker di Laut Merah yang tidak terafiliasi dengan negara Barat dan Israel makin banyak sejak Houthi melancarkan serangan.
Setidaknya ada 12 kapal pembawa gas LNG dan 182 kapal pembawa minyak yang transit di Laut Merah tanggal 19 Desember. Jumlah itu lebih banyak daripada jumlah sebelum Houthi menyerang.
"Houthi sangat akurat dalam hal menghindarkan serangan ke kapal minyak Barat," kata Viktor Katona, seorang analis di perusahaan data bernama Kpler, dikutip dari The Cradle.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.