Kapal Kargo Maersk Bakal Kembali Berlayar Melalui Laut Merah Usai Dapat Jaminan Keamanan dari AS
Perusahaan pengapalan asal Denmark, A.P. Moller Maersk telah menjadwalkan beberapa lusin kapal kargonya
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, COPENHAGEN – Perusahaan pengapalan asal Denmark, A.P. Moller Maersk telah menjadwalkan beberapa lusin kapal kargonya untuk melakukan perjalanan melalui Terusan Suez dan Laut Merah.
“Jadwal tersebut masih dapat berubah berdasarkan rencana darurat spesifik yang mungkin dibentuk dalam beberapa hari mendatang,” kata juru bicara Maersk dalam sebuah pernyataan, Rabu (27/12/2023).
Sebelumnya, Maersk mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan perjalanan kapal kargo untuk berlayar melewati Laut Merah, mengutip pengerahan operasi militer pimpinan Amerika Serikat untuk melindungi kapal-kapal komersial dari serangan militan Houthi yang didukung Iran di Yaman.
Baca juga: Jutaan Warga Israel Terancam Kelaparan Imbas Kelompok Houthi Jegal Jalur Laut Merah
Sejak 19 Desember 2023, Maersk memilih untuk mengubah rute kapal-kapal melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan untuk menghindari serangan militan Houthi Yaman, membebankan biaya tambahan kepada pelanggan dan menambah waktu berminggu-minggu untuk mengangkut barang dari Asia ke Eropa dan ke pantai timur Amerika Utara.
Selain Maersk, beberapa perusahaan pengapalan lainnya juga memilih untuk menghindari Terusan Suez ketika Houthi Yaman terus meningkatkan serangan terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah.
Kapal Mediterranean Shipping Company (MSC) Palatium III berbendera Liberia dilaporkan mendapat serangan drone dari Houthi Yaman pada Jumat (15/12/2023) di Selat Bab al-Mandab di lepas pantai Yaman, di ujung selatan Laut Merah.
Tidak ada korban luka yang dilaporkan, tetapi kapal tersebut mengalami beberapa kerusakan akibat kebakaran dan tidak dapat digunakan lagi.
“Kami akan mengubah rute beberapa layanan di sekitar Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika, sehingga menambah waktu berlayar kapal yang dipesan untuk transit di Terusan Suez,” kata juru bicara MSC.
Akibat serangan tersebut, perusahaan pelayaran lain seperti Maersk dari Denmark dan CMA CGM dari Prancis memutuskan untuk menghentikan semua pengiriman kontainernya melalui Selat Bab al-Mandab sampai pemberitahuan lebih lanjut.