Makin Panas! Ini Daftar Negara-negara Berkonflik yang Berpotensi Picu Perang Dunia 3
Perang antara Israel – Hamas di Palestina belakangan kian memanas hingga memicu lonjakan korban tewas sipil mencapai 21.110 jiwa
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, GAZA - Perang antara Israel – Hamas di Palestina belakangan kian memanas hingga memicu lonjakan korban tewas sipil mencapai 21.110 jiwa, 55.243 orang dilaporkan terluka, sementara 7.000 orang hilang diculik Israel.
Jumlah tersebut melonjak tajam pasca tentara Israel meningkatkan eskalasi perang di Gaza. Pemimpin tim Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB Gemma Connell, yang telah ditempatkan di Gaza, bahkan menggambarkan kondisi ini sebagai "papan catur manusia", lantaran para pengungsi harus berpindah - pindah tempat untuk menyelamatkan nyawanya.
Baca juga: Kelabakan Digempur Drone Ukraina, Rusia Tiru Taktik Perang Dunia II Bikin Menara Antipeluru Ala Nazi
Hingga kini konflik Israel - Hamas masih menjadi sorotan dunia Internasional karena belum menemukan titik terang solusi untuk kedua negara. Bahkan banyak analis menyebut Israel - Hamas berpotensi memicu terjadinya awal perang dunia ketiga.
Mengingat banyak negara yang hubungannya retak akibat Israel - Hamas, seperti Prancis yang berbalik membelot dan menolak ajakan AS untuk mendukung Israel melancarkan genosida massal pada ribuan warga Gaza.
Selain konflik Israel dan Hamas, di tahun 2023 ternyata ada beberapa konflik antarnegara, yang perlu disoroti dan diwaspadai karena berpotensi memicu guncangan pada geopolitik global. Berikut daftar negara bertetangga yang terlibat konflik selama tahun 2023, dikutip dari International Crisis Group.
Ukraina – Rusia
Setahun berlalu, perang Rusia vs Ukraina hingga kini masih berkecamuk sejak Kremlin melancarkan invasi pada Februari 2022.
Rusia akhirnya benar-benar menyerang Kyiv setelah presiden Ukraina menyampaikan keinginannya untuk bergabung dengan NATO atau North Atlantic Treaty Organization, yang di awal pendiriannya memang bertujuan melawan ancaman ekspansi Rusia pasca perang di Eropa
Rencana ini yang membuat Presiden Rusia Vladimir Putin murka hingga akhirnya perang antara dua negara di Eropa itu pecah dan memicu dampak bagi dunia seperti krisis pangan, keterbatasan energi, dan inflasi dunia.
Baca juga: Kepala Keamanan Ukraina Sebut Perang Dunia III Sudah Dimulai, Skala Konflik dengan Rusia Disorot
Korsel-Korut
Konflik antara dua Korea ini kembali memanas di tahun 2023. Perpecahan ini dimulai dari langkah Korea Utara (Korut) yang meluncurkan beberapa rudal nuklir yang sedang diujinya.
Perang Korea sebenarnya sudah terjadi lama, salah satu penyebabnya yakni adanya persaingan ideologi antara AS dan Uni Soviet, namun di tahun 1953 keduanya sepakat untuk menandatangani perjanjian damai.
Akan tetapi sejak beberapa tahun terakhir Korut mulai memancing agresi perang dengan meluncurkan beberapa rudal nuklir.
Presiden Korut Kim Jong-un beralasan tindakan yang dilakukan Pyongyang merupakan hak untuk melindungi negaranya dari musuh yakni Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) yang belakangan menjalin kedekatan hingga keduanya kompak melakukan latihan militer bersama di semenanjug Korea.
Amerika Serikat - China
Tak seperti negara lainnya yang melakukan perang dengan alat tempur, hubungan Amerika dan China memanas terjadi akibat adanya perang dagang yang dilakukan kedua negara ini.
edua ekonomi terbesar itu sudah terlibat perang dagang sejak awal tahun 2018 lalu dan menerapkan sanksi tarif hingga ratusan miliar dolar terhadap barang satu sama lain.
Adapun berbagai faktor penyebab perang dagang antara AS dan China di diantaranya adalah karena AS menganggap China melakukan praktik perdagangan yang tidak adil seperti melakukan pencurian kekayaan intelektual. Juga, akibat melebarnya defisit perdagangan antara kedua negara.
Imbas dari pecahnya perang dagang AS dan China kini sudah cukup terasa, bahkan sampai mengancam pertumbuhan ekonomi global dan menjuruskan dunia ke dalam ancaman resesi.
Iran – Arab Saudi
Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran pada 2015 setelah kedutaannya di Teheran diserbu pemberontak Houthi yang bersekutu dengan mantan presiden Ali Abdullah Saleh.
Pengambilalihan kekuasaan oleh Houthi itu mendorong koalisi pimpinan Saudi untuk melakukan intervensi beberapa bulan kemudian,hingga 100.000 orang dilaporkan tewas dan 250.000 orang kehilangan tempat tinggal akibat pertempuran ini, dikutip dari The Guardian.
China - Taiwan
Konflik antara China dan Taiwan menjadi salah satu isu geopolitik yang paling kompleks dan bergejolak di Asia Timur. Konflik bermula ketika China menganggap Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayahnya yang harus kembali diintegrasikan ke dalam Republik Rakyat China.
Namun Taiwan berpegang pada klaim kedaulatannya sebagai negara merdeka dengan identitas nasional tersendiri. Persoalan ini mengakibatkan ketegangan dan mengganggu stabilitas di kawasan tersebut selama beberapa dekade
Beijing bahkan berulang kali menggelar parade latihan militer besar-besaran untuk menggertak Taiwan. Meski konflik ini tak memicu korban jiwa namun perang dingin antara China - Taiwan diprediksi akan memberikan kerugian skala besar seperti berubahnya tatanan sistem geopolitik dunia, bahkan kerugian internal dari kedua negara.