Sita 2,5 Juta Dollar, Israel Tuduh Toko Penukaran Uang sebagai Organisasi Teroris
Pasukan Israel telah menyita 2,7 juta dollar dari toko penukaran uang di Tepi Barat.
Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Israel telah menyita 2,7 juta dollar dari toko penukaran uang di Tepi Barat.
Al Jazeera melaporkan, angka tersebut didapat dari 3 toko penukaran uang di Ramallah dan dua toko lainnya di Tepi Barat.
Bahkan, pasukan Israel meledakkan brankas di toko penukaran uang untuk menyita dana tersebut.
Kemudian pada hari ini, Kamis (28/12/2023), Radio Angkatan Darat Israel membuat pernyataan terkait penyitaan tersebut melalui akun X, dulunya Twitter.
Akun tersebut mengklaim bahwa toko penukaran uang tersebut dianggap sebagai organisasi teroris karena aktivitasnya mentransfer dana untuk tujuan teroris ke Hamas dan Jihad Islam.
Selain penyitaan, pasukan Israel juga menangkap 20 warga Palestina yang mereka curigai.
"5 kantor penukaran uang di Yosh akan dinyatakan sebagai organisasi teroris karena aktivitasnya mentransfer dana untuk tujuan teroris ke Hamas dan Jihad Islam Dengan ditandatanganinya perintah Menteri Pertahanan, aparat keamanan menggerebek sembilan cabang tersebut. kantor tukar, menyita dana sebesar sepuluh juta NIS dan menangkap sekitar 20 warga Palestina yang dicurigai" tulisnya, Kamis.
Baca juga: Hamas Ucap Selamat Ulang Tahun untuk Tentara Israel yang Disandera selama 9 Tahun: Happy Birthday
Radio Angkatan Darat mengatakan pasukan Israel telah menggerebek sembilan cabang kantor pertukaran, menangkap 20 warga Palestina, dan menyita dana senilai sekitar $2,7 juta.
Hingga kini, pasukan Israel masih melakukan penyerangan di sejumlah wilayah.
Serangan Israel di Gaza telah menjadi salah satu kampanye militer paling dahsyat dalam sejarah. Lebih dari 21.100 warga Palestina.
Kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak, telah terbunuh, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, dikutip dari Al Arabiya.
Hampir seluruh penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang telah meninggalkan rumah mereka dalam sebuah eksodus yang bagi banyak warga Palestina serupa dengan pengungsian massal pada tahun 1948 yang mereka sebut sebagai Nakba, atau bencana besar.
Israel mengatakan kampanyenya di Gaza kemungkinan akan berlangsung berbulan-bulan, dan berjanji akan membubarkan Hamas di seluruh wilayah tersebut dan mencegah terulangnya serangan pada 7 Oktober di Israel selatan.
Benny Gantz, anggota Kabinet Perang yang beranggotakan tiga orang di negara itu, mengatakan pertempuran “akan diperluas, sesuai kebutuhan, ke pusat-pusat tambahan dan front-front tambahan.”
Baca juga: Terkuak, Yahya Sinwar Sudah Beri Tahu Hizbullah Setengah Jam sebelum Hamas Serang Israel
Dia dan pejabat Israel lainnya juga mengancam akan melakukan tindakan militer yang lebih besar terhadap Hizbullah Lebanon, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya perang habis-habisan di pihak tersebut.
Kedua belah pihak hampir setiap hari saling baku tembak di seberang perbatasan.
Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen pada Rabu memperingatkan bahwa “semua opsi ada di meja” jika Hizbullah tidak menarik diri dari wilayah perbatasan, sebagaimana diserukan dalam gencatan senjata PBB tahun 2006.
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah “harus memahami bahwa dialah yang berikutnya,” kata Cohen.
(Tribunnews.com, Widya)