Brigade Al-Qassam Gunakan Senapan Sniper M99 Tiongkok: Jarak Tembak 1.600 Meter dalam 2 Detik
Ini kali pertama Brigade Al-Qassam menggunakan senapan sniper kaliber berat M99, buatan China untuk menembak tentara Israel (IDF) dari jarak jauh
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Brigade Al-Qassam Gunakan Senapan Sniper M99 Tiongkok: Jarak Tembak 1.600 Meter dalam 2 Detik
TRIBUNNEWS.COM - Pada Sabtu (30/12/2023), Brigade Al-Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas mengumumkan kalau mereka menembak seorang tentara Israel dengan senapan sniper kaliber berat “M99” di Sheikh Ajleen, Gaza Selatan.
Laporan Al-Ghad melansir, hal yang menjadi sorotan dari pengumuman ini adalah, ini kali pertama Brigade Al-Qassam diketahui menggunakan senapan sniper kaliber berat M99, buatan Tiongkok tersebut.
Menurut “Gun Wiki”, senapan M99 merupakan senapan anti material (tembus baja) semi otomatis dengan kaliber berat 12,7 × 108 mm.
Baca juga: Pakar Militer Turki Ungkap Hal Mengejutkan Soal Brigade Al Qassam Bikin Senapan dan Peluru Sniper
Senapan ini dapat menghilangkan target pada jarak 1600 meter dalam waktu dua detik.
Artinya, target sudah dilumpuhkan sebelum suara desing peluru mencapai lokasi target dalam waktu 2,7 detik.
Disebutkan, senapan ini dikembangkan pemerintah China sebagai respons atas permintaan Tentara Pembebasan Rakyat, angkatan bersenjata Partai Komunis Tiongkok untuk memenuhi kebutuhan militer.
Media Israel melaporkan, Tentara Israel (IDF) mendapat informasi tentang penggunaan senjata Tiongkok oleh Brigade Al-Qassam.
Sumber berita Israel, Channel 12 mengklaim kalau IDF bahkan sudah menyita sejumlah senjata Tiongkok di Gaza.
"Namun, muncul pertanyaan tentang bagaimana senjata-senjata ini bisa sampai dari Tiongkok ke Gaza?" tulis laporan JT dalam ulasannya.
Punya Pabrik Senapan dan Amunisi Sendiri
Terlepas dari kabar penggunaan senapan sniper buatan China oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas itu, dalam saluran telegramnya menyebut juga memiliki kemampuan untuk memproduksi sendiri senapan sniper.
Baca juga: Rentetan Roket Hajar Tel Aviv, Jubir Brigade Al-Qassam: Israel Terus Ulangi Kebodohan yang Sama
Brigade Al-Qassam dalam video yang diulas tersebut, mengklaim memproduksi secara lokal senapan dan amunisi khusus untuk penembak runduk, sniper, yang mereka gunakan untuk memerangi IDF.
Al Qassam menamai senapan itu sebagai Al-Ghoul.
"We made with our own hands what reaps your heads. We will continue killing your soldiers by our locally manufactured sniper rifles (Kami membuat dengan tangan kami sendiri apa yang menarik perhatian Anda. Kami akan terus membunuh tentara Anda dengan senapan sniper produksi lokal kami),” tulis pernyataan Brigade Al-Qassam menyertai unggahan video tersebut.
Dalam video tersebut, tampak anggota pasukan Al Qassam memiliki keahlian serta mesin bubut dalam membuat laras senapan sniper.
Pasukan Al Qassam juga tampak membuat peluru untuk digunakan senjata sniper hand made tersebut yang berulir tulisan 'Qassam 127'.
Pada bagian lain video, pasukan Brigade Al Qassam juga mengujicoba senapan dan peluru-peluru tersebut sebelum menerapkannya di medan tempur sungguhan.
Uji Coba 100 Ribu Peluru Demi Penuhi Standar Kalibrasi
Dalam penjelasannya, apa yang membuat Yarar terkesan bukanlah soal pembuatan senjata, meski dilakukan di ruang yang cenderung terbatas.
Hamas disebut-sebut memang memiliki ruang khusus pembuatan senjata dan amunisi di jaringan terowongan mereka.
Bagi Yarar, membuat senjata hand made bukan lah sesutau yang mengejutkan atau istimewa.
"Seperti yang kalian ketahui, membuat senjata tangan tidaklah sulit dan siapapun bisa memproduksinya. Siapa pun yang memiliki mesin bubut dapat menghasilkan senjata," kata dia dalam program tersebut.
Namun hal yang istimewa dari video tersebut, kata Yarar adalah, Al Qassam tidak sedang membuat senjata biasa, melainkan senapan untuk penembak jitu yang membutuhkan tingkat akurasi dan presisi tinggi.
Artinya, kata dia, pembuatan senapan untuk penembak runduk membutunkan standar kalibrasi. Yarar menyebut, untuk mendapatkan standari kalibrasi tinggi seperti yang sudah dibuktikan Brigade Al Qassam, dibutuhkan uji coba sebanyak 100 ribu tembakan.
Artinya, sebanyak itu pula peluru-peluru buatan Al Qassam ditembakkan sebelum akhirnya menemukan standar yang tepat.
Jarak Jangkauan 2.400 Meter, 24 Kali Lapangan Bola
Hal yang lebih mengagetkan, kata Mete Yarar, uji coba yang dilakukan Brigade Al Qassam untuk memenuhi standar kalibrasi dan presisi, dilakukan dalam jarak tembak sejauh 2.400 meter.
Dia membandingkan, jika satu lapangan sepak bola berjarak sekitar rata-rata 100 meter, itu artinya jarak jangkauan bidikan sebanyak 24 kali lapangan bola.
Artinya, target bidikan akan terlihat sangat kecil. Toh, dalam pembuktiannya di medan tempur, Brigade Al Qassam sudah sering mengunggah video bagaimana penembak runduk mereka sukses melakukan 'head shot' ke target berjarak sangat jauh.
"Jadi, sekarang Anda lihat, lihat. Anda dapat melihatnya dengan teropong Anda di sana. Rekam tembakan senjata dari jarak 2.400 meter. Ditembak luar biasa sejauh 2.400 meter satu per satu. Bayangkan berapa banyak lapangan sepak bola yang berjumlah 100. Meteran Anda adalah 24 lapangan sepak bola yang panjang. Dari kejauhan, inilah sosok seukuran manusia (sambil memberikan gestur yang mengindikasikan kalau target akan terlihat sangat kecil)," ungkap Yarar.
Peluru 12,7 Mm Bisa Koyak Baja dan Rompi Anti-Peluru
Hal lain yang dicermati Mete Yarar dari video Brigade Al Qassam itu adalah terkait peluru untuk senapan sniper Al-Ghoul.
Yarar menyebut, tulisan 127 yang terulir di peluru menandakan kalau amunisi itu punya kaliber 12,7 mm.
Jenis peluru berkaliber ini lazimnya digunakan sebagai anti-pesawat.
Peluru berkaliber ini, ditembakkan dari jarak jauh oleh seorang penembak jitu, mahsyur dikenal sebagai pengoyak baja, meski tidak menembus lapisan tank.
Artinya, kata Yarar, jika peluru ini mengenai anggota tubuh saat ditembakkan akan menghasilkan luka koyak sangat parah atau bahkan kematian seketika.
"Apa yang disediakan oleh peluru 12.7 milimeter? Izinkan saya memberi tahu Anda, jika Anda memiliki inti baja, tidak ada baju besi yang Anda kenakan yang akan melindungi Anda. Ia bahkan bisa menembus kendaraan lapis baja," ungkap Yarar.
Hal ini menjelaskan kenapa banyak tentara Israel yang terluka atau bahkan tewas bahkan saat mengenakan helm baja dan rompi anti-peluru sekalipun.
Ini artinya, satu-satunya cara bagi IDF menghindari peluru ini adalah tetap berada dalam tank, dengan risiko tank tersebut tidak dihantam oleh roket Yassin yang biasa digunakan Al Qassam dari jarak dekat.
(oln/JN/*)