Jepang Berperang dengan Waktu dalam Pencarian Korban Gempa, Cuaca Ekstrem Bisa Menghambat
Jepang berperang dengan waktu dalam pencarian korban gempa di prefektur Ishikawa. Hingga Rabu (3/1/2024), jumlah korban tewas mencapai 62 orang.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Tim penyelamat Jepang terus mencari korban gempa di Prefektur Ishikawa.
Mereka berlomba dengan waktu seiring pihak berwenang mengingatkan adanya hujan lebat, tanah longsor, dan gempa susulan berulang yang bisa menghambat upaya pencarian.
Diketahui, Badan Meteorologi Jepang (JMA) mengatakan hujan lebat di wilayah tersebut akan meningkatkan risiko tanah longsor.
Padahal, hingga Rabu (3/1/2024), korban gempa telah mencapai 62 orang dan jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat.
Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, mengatakan pihaknya telah menambah jumlah personel dan anjing penyelamat untuk mempercepat pencarian korban gempa.
Baca juga: KBRI Tokyo Cek Kondisi WNI Usai Tabrakan Pesawat di Bandara Haneda Jepang
"Upaya penyelamatan sedang dilakukan oleh pemerintah setempat, polisi, petugas pemadam kebakaran, dan unit operasional lainnya, sementara jumlah personel dan anjing penyelamat ditingkatkan," urainya, dilansir Al Jazeera.
"Kita harus menyelamatkan mereka secepat mungkin, terutama mereka yang terjebak di bawah bangunan yang runtuh," imbuh dia.
Kishida mengatakan pemerintah pusat saat ini berusaha memberikan bantuan ke wilayah yang paling terkena dampak di Semenanjung Noto.
Karena jalanan hampir tidak dapat dilalui, bantuan itu dikirim menggunakan kapal.
Sementara, pasukan Bela Diri Jepang juga menggunakan helikopter untuk mencapai desa-desa terpencil, kantor berita Kyodo melaporkan.
90 Persen Rumah di Suzu Hancur
Wali Kota Suzu, Masuhiro Izumiya, mengungkapkan "hampir tidak ada rumah yang berdiri" di wilayahnya.
"Sekitar 90 persen rumah di Suzu hancur seluruhnya atau hampir seluruhnya. Benar-benar bencana," katanya, masih dilansir Al Jazeera.
Perusahaan utilitas setempat mengatakan ada hampir 34 ribu rumah tangga yang masih utuh, hidup tanpa aliran listrik di prefektur Ishikawa, buntut gempat berkekuatan 7,6 skala richter yang mengguncang pada Senin (1/1/2024).
Diketahui, JMA sempat mengeluarkan peringatan tsunami besar yang kemudian dicabut.