Ketegangan dan Kemarahan Mulai Memuncak di Gaza dan Tepi Barat setelah Saleh al-Arouri Tewas
Setelah kematian wakil pemimpin Hamas, Saleh al-Arouri akibat ledakan drone Israel di Lebanon, ketegangan terjadi di Gaza dan Tepi Barat.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Pravitri Retno W
Rajoub menggambarkan kematian al-Arouri sebagai "kerugian bagi gerakan pembebasan nasional Palestina secara keseluruhan, sebelum menjadi kerugian bagi Hamas."
Sementara di Gaza, sebagian orang melihat pembunuhan pemimpin Hamas sebagai upaya putus asa kepemimpinan Israel untuk memberikan kompensasi atas terhentinya kampanye militer kejam yang kini memasuki bulan ketiga.
Baca juga: Saleh al-Arouri Tewas, Akankah Lebanon Berperang Total Melawan Israel? Pakar Ungkap Prediksinya
Bashir Al-Rayes, dari Khan Younis, mengatakan "pembunuhan al-Arouri mungkin menjadi awal dari berakhirnya perang di Gaza setelah Israel gagal membunuh salah satu pemimpin utama Hamas di Gaza."
"(Israel) telah kembali melakukan kebijakan pembunuhan terhadap para pemimpin Palestina, namun mereka lupa bahwa masalah Palestina tidak berakhir dengan pembunuhan para pemimpinnya, melainkan berakar dan tetap ada di benak seluruh warga Palestina," ucap Rayes.
Hizbullah Tak akan Diam
Pemimpin kelompok bersenjata kuat Lebanon, Hizbullah, mengatakan pembunuhan wakil ketua faksi sekutu Palestina, Hamas, di Beirut adalah "kejahatan besar dan berbahaya yang tidak bisa didiamkan".
Dalam pidatonya yang disiarkan televisi pada hari Rabu, Sayyed Hassan Nasrallah menyalahkan Israel atas serangan itu.
Ia juga menyampaikan belasungkawa kepada Hamas atas apa yang disebutnya sebagai "agresi Israel yang mencolok" yang menewaskan Saleh al-Arouri.
Baca juga: Saleh Al-Arouri Terbunuh, Hamas Hentikan Semua Negoisasi dan Pertukaran Sandera dengan Israel
Nasrallah mengatakan "tidak akan ada batas atas" dan "tidak ada aturan" untuk memerangi Hizbullah jika Israel melancarkan perang terhadap Lebanon.
Berbicara kepada Al Jazeera, Andrea Dessi, asisten profesor hubungan internasional di American University of Rome, mengatakan sepertinya tidak akan ada "eskalasi langsung dalam beberapa hari mendatang".
"Namun, ancamannya tetap ada," ucap Dessi kepada Al Jazeera.
Reaksi harus muncul suatu saat nanti, katanya, terutama karena "kredibilitas Hizbullah dan Nasrallah dipertaruhkan", mengingat dalam pidato sebelumnya, ia menyatakan bahwa pembunuhan semacam itu akan mendapat tanggapan.
Namun, Hizbullah "tidak ingin memikul tanggung jawab untuk memulai perang besar", tambahnya.
Nasrallah dijadwalkan menyampaikan pidato lain di televisi pada hari Jumat.
Hamas mengatakan al-Arouri akan dimakamkan pada hari Kamis di kamp pengungsi Palestina Shatila di Beirut.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.