Jor-joran Senjata di Awal Perang, Militer Ukraina Kini 'Diet Amunisi', Tak Tahu Kapan Bantuan Datang
Posisi militer Ukraina di garis depan bagian timur negeri kini sedang dalam posisi terjepit.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Posisi militer Ukraina di garis depan bagian timur negeri kini sedang dalam posisi terjepit.
Kewajibannya mengamankan negara tidak diiringi dengan pasokan senjata yang memadai.
Akibatnya, semakin banyak tentara yang membuang nyawa karena kalah dalam pertempuran dengan Rusia.
Baca juga: Bikin Kiev dan Kharkiv Remuk, Begini Dahsyatnya Kekuatan Rudal Hipersonik Khinzal Rusia
Surat kabar asal Spanyol, El Pais menggambarkan tentara Ukraina sedang menghadapi kekurangan amunisi yang sangat akut.
Seorang tentara berpangkat sersan bernama Aleksandr mengeluh karena pasukan Kiev sedang menjalani diet amunisi, dan persenjataan yang menipis.
Aleksandr, tentara berpangkat sersan dari brigade mekanis '47' yang bertempur di kota Avdeevka, sebelah utara Donetsk mengungkapkan mereka harus bertempur dengan senjata seadanya.
"Saya dan rekan-rekan harus berjuang dengan apa yang kami miliki, tidak selalu dengan apa yang paling cocok untuk mencapai tujuan,” ujarnya dalam kutipan El Pais.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba mengakui kalau tentara Kiev sangat boros dalam penggunaan senjata saat melawan Rusia sejak awal perang.
"Mereka dengan cepat membakar senjata dan amunisi Barat yang dipasok pada awal konflik," ujarnya.
Borosnya tentara Ukraina tersebut diakui terjadi karena banyak diantara tentara yang kurang handal dan tidak menguasai kendaraan tempur bantuan.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-679: 5 Orang Tewas di Kyiv dan Kharkiv, 119 Lainnya Terluka
Mereka pun banyak menyia-nyiakan senjata seperti tank dan lapis baja. Ribuan kendaraan perang bantuan Barat terkubur di medan perang, timur Ukraina seperti wilayah Donetsk dan Luhansk.
Dipercaya sebanyak 20 persen dari senjata Ukraina bantuan dari negara-negara NATO hancur lebur dalam dua pekan pertama serangan balik Ukraina yang dilakukan pada Juni 2023 lalu.
Dalam serangan balik tersebut dipercaya sekitar 5.000 tank dan kendaraan lapis baja terkubur oleh perlawanan tentara Rusia yang dianggaplebih siap.
Kuleba pun tak tahu kaan senjata dari Barat akan datang agi. Ia hanya bisa mengingatkan kepada negara-negara Barat agar kembali menyalurkan bantuan senjatanya.