Putra Sulung Jurnalis Al Jazeera Wael Al-Dahdouh Tewas Dirudal Israel: Selamat Tinggal yang Pahit
Putra sulung Jurnalis Al Jazeera, Wael Al-Dahdouh, Hamza Dahdouh, yang juga bekerja sebagai jurnalis tewas akibat serangan rudal Israel di Khan Younis
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM - Jurnalis Al Jazeera, Wael Al-Dahdouh, kembali berduka.
Putra sulungnya, Hamza Dahdouh, yang juga bekerja sebagai jurnalis, tewas akibat serangan rudal Israel di Khan Younis, Gaza.
Serangan udara Israel juga merenggut nyawa wartawan lainnya, yakni Mustafa Thuraya.
Kendaran yang ditumpangi Hamza (27) dan Mustafa (20) saat melintasi al-Mawasi terkena rudal.
Penumpang ketiga, Hazem Rajab, menderita luka parah.
Sebenarnya, al-Mawasi merupakan daerah di sisi barat daya Gaza yang selama ini terbilang aman.
Menurut laporan koresponden Al Jazeera, kendaraan Hamzah dan Mustafa menjadi sasaran ketika mereka dalam perjalanan untuk mewawancarai warga sipil yang kehilangan tempat tinggal akibat pemboman sebelumnya.
Menguburkan Putranya
Wael Al-Dahdouh tampak tenang dan pasrah saat menguburkan putranya.
Baca juga: Jurnalis Al Jazeera Samer Abudaqa Tewas dan Wael Dahdouh Terluka dalam Serangan Israel di Gaza
Saat berbicara di pemakanan tempat putranya dikuburkan, Wael Al-Dahdouh mengatakan dirinya hanya salah satu dari sekian banyak orang di Gaza, yang harus mengucapkan selamat tinggal yang pahit kepada orang yang mereka cintai.
Wael Al-Dahdouh kembali meliput perang di Gaza beberapa jam setelah putranya, Hamzah dimakamkan.
"Kami belajar kekuatan darimu, Abu Hamzah!," tulis salah satu akun X, dengan mengungah video Wael al-Dahdouh tengah berduka.
Al-Dahdouh bersumpah untuk terus menunjukkan kepada dunia apa yang terjadi di Gaza, meskipun banyak kehilangan yang dialaminya.
"Hamzah adalah segalanya bagiku, anak tertua, dia adalah belahan jiwaku. Ini adalah air mata perpisahan dan kehilangan, air mata kemanusiaan," ucapnya, melepas kepergian anaknya.
Kepala Biro Al Jazeera Arab itu sejauh ini telah kehilangan anak, cucu, dan pasangan hidupnya akibat serangan Israel di tempat tinggalnya.
Sambil sesenggukan menagis, perempuan itu berkata:"Tolong tetaplah bersamaku, ayah. Tidak ada yang tersisa untukku, kecuali kamu".
Terluka Parah dalam Serangan Israel
Pada pertengahan Desember 2023 kemarin, Wael Al-Dahdouh mengalami luka parah akibat serangan Israel.
Di saat yang sama, rekan jurnalisnya, Samer Abudaqa tewas.
Namun, Wael Al-Dahdouh kembali meliput berita tidak lama setelah kejadian tersebut.
Pembunuhan Jurnalis
Aliansi Jurnalis Palestina telah mendokumentasikan pembunuhan 102 jurnalis dan cederanya 71 lainnya oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sejak perang dimulai pada 7 Oktober.
Jaringan Media Al Jazeera mengecam keras serangan tersebut.
"Pembunuhan Mustafa dan Hamzah (terjadi) ketika mereka sedang dalam perjalanan untuk melaksanakan tugas mereka di Jalur Gaza, menegaskan kembali perlunya mengambil tindakan hukum yang diperlukan segera terhadap pasukan pendudukan," ungkap Al Jazeera.
Menanggapi berita terbaru terkait kematian jurnalis di Gaza, kantor media Gaza mengutuk pembunuhan tersebut, dan mengecam ";dengan tegas kejahatan keji ini".
Baca juga: Otak Penyerangan 7 Oktober Gugur di Gaza, Setelah Wael Asefa Siapa Lagi Yang Jadi Target Zionis?
Serangan Israel di Rumah Keluarga Wael al-Dahdouh
Sebagai putra sulung keluarga, Hamzah dikenal sangat dengan dengan semua orang.
Ia sangat terpukul saat mendengar bahwa rumah tempat keluarganya berlindung di kamp pengugnsi Nuseirat, dihantam serangan Israel pada 25 Oktober 2023.
Tak lama setelah mendengar kabar itu, ia mengetahui bahwa ibunya, Amna, saudara laki-lakinya, Mahmoud (15), dan saudara perempuannya, Sham (7), serta keponakannya, Adam (1), tewas.
Menurut rekan-rekan sejawat, duka kehilangan yang ia rasakan tampaknya memotivasinya untuk bekerja lebih keras dalam meliput perang di Gaza.
Ketika berita pembunuhan Hamzah tersebar, istrinya yang telah dinikahinya satu tahun terakhir, bergegas ke pemakaman.
Saudara-saudaranya yang masih hidup juga menyusul ke rumah duka, untuk melihat terakhir kali sebelum Hamzah dikuburkan.
Wael al-Dahdouh berdiri di dekat kepala putranya, menghibur seluruh keluarganya saat mereka mencoba memahami kehilangan yang tiba-tiba itu.
Wajah Liputan Al Jazeera
Ketenangan dan kekuatannya membuat Wael al-Dahdoud lebih dari sekadar Kepala Biro Arab Al Jazeera di Gaza.
Dia adalah wajah dari liputan saluran tersebut mengenai perang Israel di Gaza dan simbol ketahanan masyarakat Gaza.
Ketika dia kehilangan istri, putra, putri, dan cucunya akibat serangan udara Israel pada akhir Oktober, dunia menyaksikan dengan terkejut saat dia berlari ke rumah sakit tempat jenazah keempat orang yang dicintainya dipindahkan.
Daftar jurnalis dan staf Al Jazeera yang kehilangan anggota keluarganya atau meninggal juga terus bertambah.
Pada bulan Desember, Anas al-Sharif kehilangan ayahnya akibat serangan udara Israel yang menghantam rumah keluarganya di Jabalia.
Beberapa hari sebelumnya, pada tanggal 6 Desember, Moamen Al Sharafi, koresponden Al Jazeera Arab, membunuh 22 anggota keluarganya ketika serangan Israel menghantam rumah tempat mereka berlindung di kamp pengungsi Jabalia.
Pada akhir Oktober, insinyur penyiaran Mohamed Abu Al-Qumsan kehilangan 19 anggota keluarganya, termasuk ayah dan dua saudara perempuannya, dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi yang sama.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)