Tangisan Siswi Afghanistan, Lulus SD, tapi Tak Bisa Lanjutkan Sekolah: Saya Ingin Jadi Guru
Tangis siswi di Afghanistan pecah. Mereka bisa lulus sekolah dasar (SD), tapi tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan berikutnya.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
Namun Otunbayeva mengatakan masih belum jelas apakah ada kurikulum standar yang mengizinkan mata pelajaran modern.
Afganistan di Bawah Kekuasaan Taliban
Sebulan setelah pasukan Amerika Serikat (AS) dan NATO menarik diri dari Afghanistan, tepatnya pada September 2021, Taliban mengambil alih pemerintahan dan mengumumkan larangan anak perempuan mengenyam bangku pendidikan lagi setelah lulus kelas enam SD.
Tak lama kemudian, pada Desember 2022, Taliban memperluas larangannya sampai ke jenjang universitas.
Taliban menentang kecaman dan peringatan global bahwa pembatasan tersebut akan membuat mereka hampir tidak mungkin mendapatkan pengakuan sebagai penguasa sah negara tersebut.
Analis Muhammad Saleem Paigir memperingatkan bahwa mengecualikan perempuan dan anak perempuan dari pendidikan akan menjadi bencana bagi Afghanistan.
"Kami memahami bahwa masyarakat buta huruf tidak akan pernah bisa bebas dan sejahtera," ujarnya.
Taliban telah melarang perempuan memasuki banyak ruang publik dan sebagian besar pekerjaan.
Anak perempuan di Afghanistan hanya diperbolehkan bersekolah di sekolah dasar, lapor BBC.
Remaja perempuan dan perempuan juga dilarang bersekolah di jenjang yang lebih tinggi bahkan universitas.
Mereka tidak diperbolehkan berada di taman, pusat kebugaran, dan kolam renang, dikutip dari Al Jazeera.
Baca juga: PBB Masih Larang Junta Militer Myanmar, Taliban Afghanistan dan Libya Kirim Duta ke PBB
Ketika salon telah ditutup, para perempuan harus berpakaian sedemikian rupa sehingga hanya memperlihatkan mata mereka.
Mereka harus didampingi oleh kerabat laki-laki jika melakukan perjalanan lebih dari 72 kilometer.
Perempuan tidak lagi bekerja di bidang peradilan atau penegakan hukum.
Sebab mereka tidak diperbolehkan menangani kejahatan kekerasan berbasis gender.
Wanita di Afghanistan hanya diperbolehkan bekerja jika diminta oleh atasan laki-laki mereka, menurut laporan PBB.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)