Hampir 24.000 Warga Palestina Tewas dalam Serangan IDF di Gaza Sejak 7 Oktober
Setidaknya 23.708 warga Palestina telah tewas dan 60.005 lainnya terluka dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Hampir 24.000 warga Palestina tewas dalam serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Pada Jumat (12/1/2024), Kementerian Kesehatan Gaza menguraikan setidaknya 23.708 warga Palestina telah tewas dan 60.005 lainnya terluka dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober.
Sekitar 151 warga Palestina tewas dan 248 lainnya luka-luka dalam 24 jam terakhir.
Seorang jurnalis AFP melaporkan serangan dan tembakan artileri menghantam daerah antara kota Khan Younis di selatan dan Rafah, yang dipenuhi orang-orang yang mengungsi dari utara.
Fotografer AFP menyaksikan asap hitam mengepul pada Jumat (12/1/2024) pagi di atas Rafah, tempat warga Palestina berkumpul di samping kantong mayat berwarna putih berisi korban terbaru.
"Pemboman tersebut menewaskan sedikitnya 59 orang dan melukai puluhan lainnya di seluruh wilayah yang terkepung," kata Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas.
Di tempat lain di Rafah, warga Fayad Abu Rjeila mengamati reruntuhan sebuah bangunan setelah serangan Israel yang menurutnya telah menewaskan warga sipil di rumah mereka.
"Mereka tidak ada hubungannya dengan apa pun. Orang-orang yang hanya ingin hidup," katanya kepada AFP.
"Mengapa mereka menargetkan mereka?," tanyanya.
Bersumpah untuk melenyapkan Hamas, Israel telah melakukan pemboman tanpa henti, bersamaan dengan invasi darat, sejak pejuang Hamas menyerang Israel pada tanggal 7 Oktober.
Baca juga: Mesir Bantah Tuduhan Israel di ICJ soal Cegah Bantuan Masuk Gaza: Itu Kebohongan yang Dibuat Israel
Situasi Perang Israel-Hamas Terbaru
- Direktur Bantuan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Martin Griffiths mengatakan bahwa operasi Israel di Gaza dilakukan "hampir tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap warga sipil".
Menambahkan bahwa warga Palestina mungkin tidak dapat kembali ke Gaza utara karena kehancuran yang meluas.
- Pemboman Israel terhadap Gaza memutus akses telekomunikasi dan internet, sehingga mempersulit upaya penyelamatan oleh pekerja medis.
- Pekerja medis di Rumah Sakit Al-Aqsa berjuang untuk merawat pasien setelah fasilitas tersebut kehabisan bahan bakar, membuat salah satu rumah sakit fungsional terakhir di wilayah tersebut berada dalam kegelapan dan membahayakan nyawa pasien.
- Israel membela diri dari tuduhan genosida di hadapan ICJ, di mana Israel berargumentasi bahwa dibutuhkan upaya keras untuk melindungi warga sipil, meskipun jumlah korban jiwa setiap hari di Gaza sangat sedikit dibandingkan dengan sejarah modern.
- AS mengatakan bahwa mereka tidak menginginkan eskalasi yang lebih luas setelah serangan gabungan dengan Inggris terhadap sasaran Houthi di Yaman.
- Badan amal Oxfam International mengatakan pada hari Kamis (11/1/2024) bahwa jumlah korban tewas harian di Gaza lebih tinggi dibandingkan konflik besar lainnya pada abad ini.
- Sally Abi Khalil dari Oxfam mengatakan "tidak dapat dibayangkan" bahwa komunitas internasional hanya diam saja ketika pembunuhan ini terjadi.
- Di Gaza utara, Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan telah mencapai rumah sakit terbesar di Gaza pada hari Kamis (11/1/2024), mengirimkan bahan bakar dan pasokan medis yang sangat dibutuhkan.
"Tim tersebut melaporkan bahwa Al-Shifa , yang sebelumnya merupakan rumah sakit utama di Gaza, telah (sebagian) membuka kembali layanannya," kata Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di X, yang sebelumnya bernama Twitter.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)