Layanan Kesehatan di Gaza Hancur Lebur Setelah 3 Bulan Diinvasi Israel
Pejabat WHO yang baru saja kembali dari Gaza menceritakan kondisi layanan kesehatan yang luluh lantak oleh perang antara Israel dengan Hamas.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang baru saja kembali dari Jalur Gaza menceritakan kondisi layanan kesehatan yang luluh lantak oleh perang antara Israel dengan Hamas.
Dia mengatakan sistem layanan kesehatan di Gaza memburuk dengan cepat, dan lebih banyak staf, pasokan dan akses obat-obatan sangat dibutuhkan.
“Saya menyaksikan sistem layanan kesehatan runtuh di depan mata saya,” kata Sean Casey, Petugas Darurat Kesehatan WHO dalam sebuah wawancara kepada wartawan di Markas Besar PBB.
Casey menghabiskan lima minggu di Gaza, dimulai pada awal Desember 2023, dan dia bertemu dengan para profesional medis dan pasien di seluruh wilayah tersebut.
“Saya melihat pasien di rumah sakit setiap hari dengan luka bakar parah, patah tulang terbuka, menunggu berjam-jam atau berhari-hari untuk mendapatkan perawatan, dan mereka sering meminta makanan dan air kepada saya,” katanya.
Casey lebih lanjut mengatakan bahwa sebagian besar layanan Kesehatan tidak hanya kekurangan pasokan, tetapi juga kekurangan staf.
Baca juga: Israel dan Hamas Sepakat Buka Akses Masuk untuk Obat-obatan ke Gaza
Banyak dari mereka yang mengungsi dan berjuang untuk bertahan hidup serta merawat keluarga mereka sendiri.
“Ada banyak petugas kesehatan yang sangat berani di seluruh Gaza yang tinggal dan merawat orang-orang karena tidak ada orang lain yang bisa melakukannya,” ujar Casey.
Baca juga: Uni Eropa Masukkan Pemimpin Hamas Yahya Sinwar dalam Daftar Teroris
“Masih banyak lagi yang akan kembali bekerja jika mereka memiliki cara yang aman untuk melakukannya dan jika mereka memiliki tempat tinggal dan merawat keluarga mereka,” sambungnya.
Ketika mengunjungi rumah sakit Al-Ahli, di wilayah Gaza Utara, Casey mengatakan situasinya suram.
“Saya melihat pasien yang terbaring di bangku gereja, menunggu kematian di rumah sakit yang tidak memiliki bahan bakar, tidak ada listrik, tidak ada air, sangat sedikit persediaan medis dan hanya segelintir staf yang tersisa untuk merawat mereka,” jelasnya.
Sekjen PBB Serukan Gencatan Senjata
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan kembali bahwa gencatan senjata kemanusiaan di Gaza harus segera dilakukan, diikuti dengan proses yang mengarah pada perdamaian berkelanjutan bagi Israel dan Palestina berdasarkan solusi dua negara.
“Ini adalah satu-satunya cara untuk membendung penderitaan dan mencegah dampak buruk yang dapat menyebabkan seluruh wilayah terbakar,” katanya di hadapan para pemimpin pada Forum Ekonomi Dunia yang berlangsung di Davos, Swiss.
Baru-baru ini, Guterres juga menunjuk Sigrid Kaag sebagai koordinator khusus kemanusiaan dan rekonstruksi untuk Gaza.