Putin akan Geledah Yerusalem, Cari Aset Kekaisaran Rusia dan Uni Soviet
Presiden Rusia Vladimir Putin akan menggeledah Yerusalem untuk mencari aset warisan Kekaisaran Rusia dan Soviet, termasuk 5 aset yang telah terungkap.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin, sedang menggalakkan program untuk mencari, mendaftarkan, dan menjamin perlindungan hukum atas properti Rusia di luar negeri, termasuk properti Uni Soviet dan Kekaisaran Rusia.
Lima aset Kekaisaran Rusia di Yerusalem juga akan menjadi target Putin untuk dikembalikan di bawah kendali Rusia.
Sebelumnya, Putin menandatangani keputusan pengalokasian dana untuk tujuan tersebut ke Departemen Properti Luar Negeri Direktorat Administratif Presiden Federasi Rusia, Kamis (18/1/2024).
"Dana tersebut akan dialokasikan untuk menutupi biaya yang berkaitan dengan proses pencarian properti real estat yang dimiliki oleh Federasi Rusia, bekas Kekaisaran Rusia, bekas Uni Soviet, serta untuk pendaftaran hak (properti) dan perlindungan hukum atas properti ini," bunyi keputusan itu, dikutip dari pravo.gov.ru.
Pemeliharaan daftar terpadu properti asing akan dipercayakan kepada Badan Federal untuk Pengelolaan Properti Negara (Rosimushchestvo).
Pada April tahun 2023, Kementerian Keuangan Rusia mengusulkan pembuatan daftar rahasia properti Rusia di luar negeri.
Daftar tanah dan real estate Rusia di luar negeri tidak lagi tersedia untuk warga negara dan jurnalis.
Semua daftar aset Rusia dirahasiakan demi keamanan nasional, termasuk sehubungan dengan kebijakan tidak bersahabat di sejumlah negara, dikutip dari RBC Russia.
5 Aset Rusia di Yerusalem
Media Israel, Walla, mengungkapkan upaya Rusia untuk mengembalikan kepemilikan real estat ke kendali Rusia, termasuk 5 lokasi di Yerusalem yang diduduki.
Setidaknya lima aset Rusia di Yerusalem pernah terungkap oleh media dan saat ini Rusia berupaya mengendalikannya.
Baca juga: Tetangga Rusia Dianggap Lebay Bakal Diinvasi Putin, Ini Omongan NATO
"Putin telah mengadakan pembicaraan dan negosiasi dengan pemerintah Israel selama 20 tahun," kata Alex Tanzer, seorang aktivis sosial yang bertanggung jawab memantau imigran Rusia.
Alex Tanzer menjelaskan, pembicaraan sejak era pemerintahan Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon, berkisar pada situs-situs yang dibeli Rusia pada abad ke-19, dan yang kini coba dipulihkan oleh Rusia.
Ia mengatakan saat ini terdapat 5 situs yang diketahui dapat diklaim Rusia dari Israel, yaitu:
- Saint Sergius Guest House, yang kepemilikannya dialihkan ke Rusia pada tahun 2012
- Kompleks Gereja Alexander Nevsky dan Christian Quarter di Kota Tua, yang Netanyahu janjikan akan diserahkan ke Rusia pada tahun 2018
- Tanah 2.500 meter persegi di King George Street untuk membangun konsulat Rusia
- Elizabeth Courtyard Lodge (Pengadilan Rusia) di Al-Maskobiyya (saat ini digunakan sebagai pusat penahanan)
- Real estat di Betlehem dan Jericho yang diserahkan oleh Otoritas Palestina (PA) ke kepemilikan Rusia.
Pada tahun 2020, Israel untuk pertama kalinya mengizinkan Federasi Rusia untuk mendaftarkan kepemilikannya atas Pengadilan Alexander.
Cakupan dekrit Rusia tahun 2024 ini diperkirakan akan mencakup setengah dari Pantai Nice di Prancis, bangunan di Yerusalem, fasilitas produksi seperti pabrik, galangan kapal, dan lain-lain.
Walla mengutip sumber-sumber yang prihatin dengan masalah ini, mengatakan Rusia terutama tertarik pada real estate dengan warisan budaya.
Ini bukan pertama kalinya Rusia mencoba memulihkan properti kuno dari berbagai belahan dunia.
Rusia mampu mengalihkan kepemilikan Katedral St. Nicholas di Nice, Prancis, yang dibangun untuk menghormati Kaisar Alexander II, ke Rusia melalui keputusan pengadilan tahun 2021.
Sejak tahun 2000, sekitar 4.000 properti dengan berbagai nilai telah dialihkan ke kepemilikan Rusia, termasuk properti di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Selatan.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Rusia