Katanya Militer Super-Power, Kenapa AS Cs Tak Mampu Libas Houthi yang Gentayangan di Laut Merah?
Namun pada kenyataannya, sejauh ini AS belum mampu secara steril mengamankan jalur perdagangan Laut Merah.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Namun masalahnya saat ini bukanlah Terusan Suez itu sendiri, melainkan ancaman yang dihadapi kapal-kapal yang melintasi Laut Merah dan selat Bab Al-Mandab (“gerbang air mata” dalam bahasa Arab), yang dibatasi oleh Eritrea dan Djibouti di sebelah barat dan Yaman di timur.
Selat Bab al-Mandab (sejumlah literatur menulis Bab el-Mandeb) hanya memiliki panjang 70 mil dan lebar 20 mil, sehingga berada dalam jangkauan rudal anti-kapal darat, drone, dan bahkan howitzer yang menembakkan peluru jarak jauh.
Tidak seperti kebanyakan jalur maritim, tidak ada jalan pintas jika selat tersebut diblokir.
Baca juga: Intelijen AS: Aksi Ansarallah Yaman di Laut Merah Tidak Disetir Iran, Houthi Bisa Buat Rudal Sendiri
Faktor kedua adalah teknologi.
Senjata anti-kapal modern sangat kuat namun cukup sederhana sehingga bahkan kelompok militan pun dapat mengoperasikannya (Hizbullah menggunakan rudal jelajah C-802 buatan Tiongkok untuk merusak kapal perang Israel pada tahun 2006).
Drone itu murah, dan bahkan drone kecil pun dapat menyebabkan kerusakan kecil pada kapal besar.
Kelompok Houthi memiliki beragam rudal pengahncur kapal, sebagian besar berasal dari Iran tetapi dengan model Soviet dan Tiongkok yang lebih tua, menurut International Institute for Strategic Studies.
Rudal jelajah anti-kapal termasuk P-21 Termit era Soviet dan C-801 Tiongkok (dengan jangkauan hingga 80 mil), serta Ghadir Iran (185 mil) dan Quds Z-0 (dilaporkan memiliki jangkauan hingga 500 mil). ).
Houthi juga memiliki rudal balistik anti-kapal buatan Iran dengan jangkauan sekitar 300 mil, serta drone.
Rudal-rudal ini ditembakkan dari peluncur bergerak yang dapat berpindah lokasi dengan cepat.
Mereka dapat menembakkan roket dan kemudian berlari menjauh sebelum Angkatan Laut AS dapat menentukan lokasi peluncuran dan menyerangnya dengan rudal jelajah Tomahawk.
Kelompok Houthi sudah familiar dengan taktik ini dari perang mereka selama 9 tahun dengan koalisi pimpinan Arab Saudi yang terus mengebom mereka tanpa henti.
"Geografi menambah ancaman teknologi. Pertahanan terbaik sebuah kapal bukanlah senjata atau pengacau, melainkan ruang terbuka. Bahkan kapal induk raksasa pun sulit dikenali di lautan luas, dan radar rudal anti-kapal hanya dapat memindai area kecil," tulis ulasan insider betapa faktor serangan Houthi dapat secara mudah menjangkau sasaran di Selat Bab Al Mandab.
Itu sebabnya AS dan negara-negara lain menginvestasikan begitu banyak upaya pada satelit, pesawat patroli, dan sensor untuk menyediakan data pelacakan real-time untuk memandu rudal mendekati kapal yang bergerak.
Namun lebar Selat Bab Al-Mandab hanya 20 mil, yang berarti kapal dapat dilacak oleh radar darat, perahu kecil, drone kecil, atau bahkan pengamat puncak bukit dengan teropong yang bagus.