Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hamas Inginkan Gencatan Senjata Permanen di Gaza Jika Negosiasi Pembebasan Sandera Dimulai

Hamas menginginkan gencatan senjata permanen di Gaza setelah mediator Qatar mengatakan proposal untuk gencatan senjata sementara sedang diusulkan.

Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Hamas Inginkan Gencatan Senjata Permanen di Gaza Jika Negosiasi Pembebasan Sandera Dimulai
AFP/-
Foto yang diambil pada tanggal 22 Januari 2024 di pinggiran selatan Khan Yunis, di selatan Jalur Gaza, menunjukkan keluarga-keluarga Palestina melarikan diri dari kota melalui jalan pesisir menuju Rafah, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. Tentara Israel membombardir Khan Yunis, pusat perang terbaru di Gaza, pada 22 Januari 2024 setelah Perdana Menteri Israel menolak apa yang dikatakannya sebagai persyaratan Hamas untuk pembebasan sandera, bahkan di tengah meningkatnya tekanan dari keluarga mereka. (Photo by AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, JERUSALEM – Kelompok militan Palestina Hamas menginginkan terwujudnya gencatan senjata permanen di Gaza, setelah mediator Qatar mengatakan proposal untuk gencatan senjata sementara sedang diusulkan.

“Pertama-tama kita berbicara tentang gencatan senjata yang lengkap dan komprehensif, dan bukan gencatan senjata sementara,” kata Taher al-Nunu, pejabat senior Hamas, seraya menambahkan bahwa setelah pertempuran berhenti “detail selanjutnya dapat didiskusikan” termasuk pembebasan sandera.




Qatar bersama Mesir dan Amerika Serikat telah memimpin upaya mediasi sejak pecahnya perang pada 7 Oktober 2023 antara Israel dan Hamas, yang dipicu oleh serangan mematikan kelompok militan Palestina di Israel selatan.

Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani juga mengungkapkan bahwa negosiasi gencatan senjata berlangsung dengan baik.

“Kami berharap dapat menyampaikan proposal gencatan senjata kepada Hamas dan membawa mereka ke tempat di mana mereka terlibat secara positif dan konstruktif dalam proses tersebut,” kata Al-Thani.

Proposal tersebut salah satunya mengharuskan perempuan dan anak-anak yang disandera untuk dibebaskan terlebih dahulu, dan bantuan juga akan memasuki Jalur Gaza yang terkepung.

Baca juga: Israel Hancurkan Pemakaman di Gaza untuk Temukan Terowongan Hamas, Tuai Kritik Warga Palestina

BERITA TERKAIT

Sebelumnya, Qatar juga telah memediasi jeda satu minggu pertempuran pada akhir November lalu, yang berujung pada pembebasan sejumlah sandera Israel dan asing, serta bantuan yang masuk ke wilayah Palestina yang terkepung.

Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang telah mengakibatkan sekitar 1.140 kematian di Israel, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.

Baca juga: AS dan Qatar Sepakati Upaya Pembebasan Sandera Israel dari Tangan Hamas

Militan juga menyandera 250 sandera, yang menurut Israel sekitar 132 orang masih berada di Gaza, termasuk sedikitnya 28 jenazah tawanan yang tewas.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas