Negara Kecil Tak Diperhitungkan Itu Kini Menjadi Kekuatan Nuklir Baru, Kini Jadi Ancaman Barat
Terang-terangan mendukung tetangganya Rusia dalam menginvasi Ukraina, Belarus kini dihadiahi oleh sekutunya
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Terang-terangan mendukung tetangganya Rusia dalam menginvasi Ukraina, Belarus atau Belarusia kini dihadiahi oleh sekutunya dengan energi nuklir.
Perusahaan energi atom Rusia, Rosatom telah selesai membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama di negara yang dipimpin oleh Alexander Lukashenko itu.
"Belarus telah bergabung dengan kelompok kekuatan nuklir,"demikian kata Presiden Rusia Vladimir Putin, Senin (29/1/2024).
Baca juga: Korea Utara Gembar-gembor Kembangkan Sistem Senjata Nuklir Bawah Air, Remehkan Latihan AS
Belarus kini berhasil mengoperasikan pembangkit tenaga nuklir pertamanya di ibu kota Minks.
“Ini adalah langkah maju yang besar,” kata Putin pada hari Senin, mengomentari perkembangan tersebut.
Kementerian Energi negara itu memberikan lampu hijau resmi pada bulan November untuk pengoperasian komersial unit pembangkit listrik kedua di stasiun tersebut.
Tak tanggung-tanggung, pembangkit tersebut memiliki kapasitas listrik sebesar 2.400 megawatt, pembangkit tersebut diharapkan dapat memenuhi hingga 40 persen kebutuhan energi negara.
Putin menyebutkan, bahwa pembangunan PLTN tersebut telah memunculkan “industri baru” di negara tetangganya.
“Dalam hal ini, Belarus sudah pasti menjadi negara dengan tenaga nuklir,” tambahnya.
Belarus adalah negeri kecil pecahan Uni Soviet yang terletak bersebelahan di samping barat Rusia, penduduknya hanya berjumlah 9,4.
Dulunya, negara tersebut kurang diperhitungkan, namun setelah pemimpin negara tersebut terang-terangan membela Rusia menginvasi Ukraina, Belarus mulai dikenal dunia dan kini menjadi salah satu kekuatan nuklir baru. Setidaknya seperti yang disebut oleh Vladimir Putin.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-687, Kyiv Disebut Jadi Tempat Uji Coba Rudal Nuklir Korea Utara
Terletak tidak jauh dari kota Ostrovets di barat laut Belarus, PLTN ini dibangun antara tahun 2013 dan 2023 oleh Atomstroyexport, anak perusahaan Rosatom.
PLTN Belarus ini menjadi pertama di luar Rusia yang menggunakan reaktor nuklir generasi 3+ canggih milik Rosatom, lapor RIA Novosti.
Selain memiliki PLTN, Belarus juga telah mempunyai sejumlah senjata nuklir.
Pasca pecahnya persang Rusia-Ukraina, pada tahun 2023 Moskow juga menempatkan senjata nuklir di Belarus, menyusul permintaan berulang kali dari Lukashenko.
Pembangunan energi nuklir ini menjadi jawaban atas kebijakan Barat yang agresif dan persepsi ancaman yang ditimbulkan oleh senjata nuklir AS di beberapa sekutu Washington di Eropa.
Dengan energi dan senjata tersebut, Belarus kini menjadi ancaman baru dunia Barat.
Rusia juga mengisyaratkan kesiapannya untuk menggunakan persenjataan apa pun yang dimilikinya untuk melindungi Belarus, jika negara itu diserang.
Kerja sama militer antara kedua tetangga semakin meningkat di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Kiev dan Moskow.
Putin mengumumkan keputusannya untuk menempatkan senjata nuklir di Belarus pada Maret 2023 sebagai tanggapan atas rencana Inggris untuk menyediakan amunisi uranium kepada Ukraina – sebuah tindakan yang dikecam oleh Moskow sebagai tindakan sembrono dan tidak bertanggung jawab.
Pada Juli 2023, Rusia mengatakan bahwa mereka dapat mempertimbangkan untuk menarik senjata nuklir taktisnya dari Belarus jika AS dan NATO mengubah arah politik mereka saat ini dan menghapus persenjataan nuklir Washington dari Eropa, serta membongkar infrastrukturnya.