Joe Biden Ditekan untuk Serang Iran, Kemenhan AS Tegaskan Tolak Perangi Iran
Pemerintah AS mengatakan tidak ingin berperang melawan Iran meski didesak.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (Kemenhan AS) mengaku enggan berperang melawan Iran.
Hal itu disampaikan juru bicara Kemenhan AS, Sabrina Singh, kepada para wartawan.
“Pastinya kami tidak menginginkan perang dan dengan tegas kami tidak melihat Iran ingin berperang dengan AS,” kata Singh, dikutip dari Mehr News.
Meski demikian, kata Singh, AS akan mengambil tindakan jika pasukannya diserang.
“Kami tidak menginginkan perang, tetapi kami akan mengambil tindakan, dan merespons serangan terhadap pasukan kami,” ujarnya.
Mirip dengan Singh, John Kirby yang menjadi koordinator komunikasi strategis di Dewan Keamanan Nasional AS menyebut negaranya tak ingin berperang melawan Iran.
“Kami tidak menginginkan perang dengan Iran. Kami tidak menginginkan konflik yang lebih luas di Timur Tengah,” ujar Kirby kepada CNN pada hari Senin.
“Faktanya, setiap tindakan yang diambil presiden itu dirancang untuk mendeskalasi, untuk mengurangi ketegangan,” katanya menambahkan.
Pernyataan Singh dan Kirby di atas disampaikan dua hari setelah pangkalan militer AS di perbatasan Yordania-Suriah diserang dengan drone. Serangan itu menewaskan tiga tentara AS.
Kelompok perlawanan Islam Irak mengaku berada di balik serangan itu dan telah mengeluarkan pernyataan.
Selama beberapa tahun belakangan kelompok itu melancarkan banyak serangan terhadap pangkalan militer As di Irak dan Suriah.
Baca juga: Iran Bantah Terlibat dalam Serangan Drone Mematikan di Tower 22 Yordania
Jumlah serangan itu meningkat sejak 7 Oktober 2023 atau ketika perang Hamas-Israel meletus.
Adapun serangan drone terbaru ini adalah serangan paling mematikan terhadap pasukan AS di kawasan itu sejak pengeboman Abbey Gate, Afganistan, tahun 2021 yang menewaskan 13 tentara AS.
Sementara itu, AS telah mengerahkan pasukan dan peralatan tempurnya ke Suriah dan Irak tanpa mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa.
AS berdalih ingin melawan kelompok teroris, termasuk Daesh atau ISIS.
Adapun pada hari Senin pekan ini juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kan’ani menegaskan bahwa kelompok Perlawanan Islam di kawasan itu tidak menerima perintah Republik Iran dalam hal keputusan dan tindakannya.
Iran mengaku tidak terlibat dalam serangan itu.
Selain itu, Kan’ani menegaskan Iran tidak ikut campur dalam keputusan kelompok perlawanan itu mengenai cara mendukung Palestina atau membela diri mereka.
Joe Biden ditekan
Presiden AS Joe Biden didesak untuk menyerang Iran setelah tiga tentara AS tewas dalam serangan drone tersebut.
Biden mengatakan AS akan merespons serangan itu, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Para politikus Partai Republik menuding Biden membiarkan pasukan AS menjadi sitting duck atau pasukan yang tidak terlindungi.
Baca juga: Fakta-fakta Iran dan Potensi Serangan Langsung AS ke Negeri Mullah
Mereka mendesak Biden untuk menyerang Iran.
“Dia menjadikan pasukan kita tidak terlindungi,” kata Senator Tom Cotton dari Partai Republik, dikutip dari Reuters.
“Satu-satunya balasan atas serangan ini ialah pembalasan militer yang dahsyat,” ujarnya.
Desakan yang sama juga disampaikan oleh Mike Rogers, anggota DPR yang memimpin komite pengawasan terhadap militer AS.
Dia meminta AS untuk mengambil tindakan terhadap Iran.
Sementara itu, mantan Presiden Donald Trump menyebut serangan itu sebagai konsekuensi atas kelemahan Joe Biden.
Sebelumnya, pemerintahan Biden mengaku akan berupaya keras untuk melindungi tentara AS di seluruh dunia.
Barbara Lee, seorang anggota DPR dari Partai Demokrat, mengungkapkan kekhawatirannya bahwa strategi Biden untuk membendung konflik di Gaza agar tidak menyebar telah gagal.
“Seperti yang kita lihat saat ini, konflik itu menyebar tak terkendali. Konflik itu mulai menjadi perang regional, dan sayangnya AS dan pasukan kita berada dalam bahaya,” ujar Lee.
Lee kembali meminta agar gencatan senjata Israel-Hamas dilakukan.
(Tribunnews/Febri)