Mossad Mengusulkan Rencana Gencatan Senjata, Ada 9 Poin yang Diusulkan kepada Kabinet Perang Israel
Badan Intelijen Israel atau Institut Intelijen dan Operasi Khusus Mossad mengusulkan rencana gencatan senjata 9 poin kepada kabinet perang Israel.
Penulis: Muhammad Barir
Mossad Mengusulkan Rencana Gencatan Senjata, Ada 9 Poin yang Diusulkan kepada Kabinet Perang Israel
TRIBUNNEWS.COM- Badan Intelijen Israel atau Institut Intelijen dan Operasi Khusus Mossad mengusulkan rencana gencatan senjata 9 poin kepada kabinet perang Israel.
Perang Israel di Gaza yang kini memasuki hari ke-118 telah menewaskan sedikitnya 26.900 warga Palestina dan melukai 65.949 orang, ketika negara-negara anggota DK PBB meninjau keputusan sementara ICJ baru-baru ini.
Kepala Mossad, David Barnea telah menyampaikan sembilan poin rencana kepada Kabinet Perang Israel untuk kemungkinan pembebasan 136 sandera di Gaza, seperti yang dilaporkan oleh Channel 12 yang berbasis di Tel Aviv pada Rabu malam, menurut Times of Israel.
Kesepakatan yang diusulkan menguraikan proses pembebasan bertahap yang bertujuan untuk menjamin keselamatan semua sandera.
Pada tahap awal, 35 sandera akan dibebaskan dengan imbalan gencatan senjata selama 35 hari, yang setara dengan satu hari gencatan senjata untuk setiap sandera.
Fase ini memprioritaskan pembebasan individu yang rentan, termasuk perempuan, orang sakit, terluka, dan sandera lanjut usia, menurut laporan tersebut.
Setelah gencatan senjata awal, diskusi dapat diperpanjang selama satu minggu tambahan untuk membahas pelepasan tahap kedua.
Fase ini dapat mencakup anggota pasukan pertahanan sipil dan sandera laki-laki yang diidentifikasi oleh Hamas. Negosiasi pada tahap ini dianggap penting untuk keberhasilan rencana pembebasan sandera secara keseluruhan.
Jumlah tahanan Palestina yang akan dibebaskan dari penjara Israel belum diputuskan.
Israel terbuka untuk membebaskan sejumlah besar pelanggar tingkat rendah sambil tetap menahan pelanggar yang lebih serius. Sebaliknya, Hamas bersikeras untuk membebaskan tahanan yang mereka anggap berkualitas, sehingga menambah kerumitan dalam negosiasi, seperti dilansir Channel 12.
(Sumber: TRT World)