Bentrokan Terjadi di Senegal Imbas Pemilu Presiden Ditunda, 3 Warga Tewas
Pengumuman Presiden pekan lalu untuk menunda pemilihan Presiden yang dijadwalkan pada akhir Februari memicu protes di Senegal.
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Pengumuman Presiden pekan lalu untuk menunda pemilihan Presiden yang dijadwalkan pada akhir Februari memicu protes di Senegal.
Protes dengan kekerasan meletus di beberapa negara Afrika Barat itu pada Jumat (9/2/2024).
Aksi protes ini dipimpin oleh partai politik oposisi dan beberapa kelompok masyarakat sipil yang menentang penundaan pemilu, dikutip dari Anadolu Ajansi.
Bentrokan sengit terjadi antara pengunjuk rasa dan polisi di Dakar dan beberapa kota lainnya, dikutip dari US News.
Akibat bentrokan tersebut, 3 warga tewas.
Menurut portal berita lokal Seneweb, 3 korban tersebut di antaranya, siswa sekolah menengah berusia 19 tahun, penjaga toko Modou Gueye yang berusia 23 tahun, dan seorang mahasiswa.
Seorang mahasiswa yang menjadi korban, meninggal dalam perawatan intensif.
“Kami mencoba menyelamatkannya ketika dia tiba di rumah sakit dan sayangnya dia meninggal dalam perawatan intensif,” kata manajer rumah sakit Ziguinchor, Ndiame Diop kepada Reuters.
Biro Urusan Afrika AS mengatakan dalam sebuah posting online pada hari Sabtu bahwa mereka sedih mengetahui kematian tiga warga Senegel.
Ia mendesak kepada semua pihak untuk berdamai dan meminta kepada Presiden untuk memulihkan kepercayaan.
“Kami mendesak semua pihak untuk bertindak secara damai dan terukur, dan kami terus menyerukan kepada Presiden Sall untuk memulihkan kalender pemilu, memulihkan kepercayaan, dan menenangkan situasi,” katanya.
Sementara Menteri Dalam Negeri Sidiki Kaba membantah laporan media bahwa pasukan keamanan bertanggung jawab atas kematian tersebut.
Uni Eropa pada hari Minggu meminta pihak berwenang Senegal untuk menjamin 'kebebasan mendasar' di tengah protes.
Baca juga: Banding Senegal Masih Abu-abu di Tangan FIFA, Yanis Issoufou Tak Dimainkan Prancis Lawan Uzbekistan
“UE menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban tewas dan menyerukan kepada pihak berwenang untuk menjamin kebebasan mendasar,” kata juru bicara kebijakan luar negeri dan keamanan Uni Eropa, Nabila Massrali, di X, dikutip dari RFI.