Hizbullah Sudah Serang Israel 1.013 Kali: Sebanyak 80.000 Pemukim Yahudi Terusir dari Utara
Walikota Metula mengungkapkan kalau 80.000 pemukim telah dipaksa keluar dari wilayah Utara sebagai akibat dari operasi militer Hizbullah
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Hizbullah Sudah Serang Israel 1.013 Kali: Sebanyak 80.000 Pemukim Yahudi Terusir dari Utara
TRIBUNNEWS.COM - Kelompok milisi Hizbullah Lebanon dilaporkan melakukan lima serangan terhadap pos-pos militer tentara Israel (IDF) di wilayah perbatasan pada Minggu (11/2/2024).
Lima serangan Hizbullah itu disebutkan menargetkan pos militer IDF di sektor timur di perbatasan Lebanon-Israel.
Baca juga: Media Israel: IDF Tak Sanggup Hadapi 2 Perang Sekaligus, Tarik Pasukan Gaza Buat Lawan Hizbullah
Kelompok Perlawanan Lebanon juga menekankan kalau jumlah operasi militer (serangan) yang dilakukan petempurnya selama 127 hari, sejak 8 Oktober 2023 hingga 11 Februari 2024, mencapai 1.013 serangan.
Dalam laporannya, Hizbullah merinci, lima serangan ke pihak Israel pada Minggu tersebut adalah:
- Pada pukul 09.00, petempur Hizbullah menargetkan peralatan spionase di situs Roueissat al-Alam di Perbukitan Kfar Shouba dan Peternakan Shebaa Lebanon yang diduduki dengan senjata yang sesuai, target terkena serangan langsung.
- Pada pukul 15.00, Hizbullah menyerang kumpulan tentara pendudukan Israel di Segitiga al-Tayhat dengan senjata roket.
- Pada pukul 15.05, Hizbullah menargetkan peralatan mata-mata di lokasi al-Abbad dengan senjata yang tepat, dan langsung mengenainya.
- Pada pukul 15.20, Hizbullah juga langsung menyerang situs militer IDF Roueissat al-Alam dengan roket.
- Pada pukul 16.55, Hizbullah menargetkan kumpulan pasukan pendudukan Israel di Jabal Nather dengan roket, dan menghasilkan serangan langsung.
Di tempat lain, Hizbullah menegaskan kembali bahwa serangan ini dilakukan untuk mendukung keteguhan rakyat Palestina di Jalur Gaza dan sebagai solidaritas terhadap Perlawanan mulia mereka.
Pada hari Sabtu, media militer Perlawanan Islam di Lebanon merilis rekaman drone pengintai Israel Skylark I-Lex yang ditangkap oleh pejuang Hizbullah pada Sabtu.
Video tersebut menyoroti spesifikasi drone yang sebelumnya dipastikan Hizbullah dalam kondisi operasional yang baik.
Pemukim Utara Seperti Tersandera Hizbullah
Dalam konteks terkait, media Israel melaporkan pada Minggu kalau serangan-serangan militer Hizbullah di sepanjang perbatasan menunjukkan strategi kalau milisi perlawanan Lebanon itu “menjadikan pemukim di wilayah Utara yang diduduki sebagai sandera”.
Moran Aluf, seorang peneliti Israel, mengatakan kepada saluran KAN Israel bahwa "Israel" memiliki tawanan di Selatan dan "sandera di Utara", di mana para pemukim tidak dapat kembali ke rumah mereka atau hidup normal sebagai akibat dari pembalasan Hizbullah.
“Kami [Israel] tidak bisa membiarkan organisasi seperti Hizbullah menyandera pemukim,” katanya.
Dia mencatat kalau “Hizbullah menciptakan formulasi, dengan menyatakan bahwa 'selama pertempuran di Gaza masih berlangsung, maka saya [Hizbullah]' akan terus melanjutkan serangan."
Dia juga mengklarifikasi, kalau pun ada kesepakatan yang tercapai (gencatan senjata), maka hal tersebut hanya bersifat sementara. Hal ini merujuk pada sikap pemerintah Israel yang kabarnya siap perang tapi lebih mendahulukan jalur diplomasi ke Lebanon agar tidak terjadi front kedua selain di Gaza.
Aluf menambahkan, ada potensi perang skala penuh tentara Israel melawan milisi Lebanon tersebut.
“Karena kita tidak dapat mengantisipasi apa yang diinginkan atau apa niat mereka. Kita harus memahami kemampuan mereka untuk menghindari apa yang terjadi di Selatan."
Aluf juga menggambarkan ancaman Hizbullah terhadap permukiman di utara sebagai “tantangan keamanan” yang akan melemahkan perjanjian politik jika tidak ditangani.
80.000 Pemukim Yahudi Terusir dari Wilayah Utara
Pernyataan Aluf muncul satu hari setelah walikota Metula mengungkapkan kalau 80.000 pemukim telah dipaksa keluar dari wilayah Utara sebagai akibat dari operasi militer Hizbullah dalam upaya mendukung Gaza dan mempertahankan wilayah Selatan Lebanon.
David Azoulay, walikota pemukiman Metula di wilayah utara yang diduduki, mengungkapkan pada Sabtu kalau sekitar 80.000 pemukim telah meninggalkan rumah mereka selama empat bulan, tanpa mengetahui kapan mereka dapat kembali.
Azoulay mengatakan kepada Channel 13 Israel bahwa “yang kami [para pemukim] minta hanyalah tinggal di rumah kami, namun kami bukan orang bebas di Israel”.
Dia menambahkan bahwa “Hizbullah selalu mendikte (situasi) intensitas di Utara.”
Azoulay juga mengklaim kalau selama empat bulan terakhir, Hizbullah telah menembak dan menyerang permukiman di utara, sementara pasukan pendudukan Israel melakukan pertempuran yang tidak memadai dan dengan cara yang tidak memungkinkan pemukim kembali ke rumah mereka.
Hal itu terjadi, saat pemerintah Israel cenderung menomorduakan situasi di Utara, kata dia.
(oln/almydn/*)