Takut Intifada Ketiga di Tepi Barat, Israel Pindahkan Pemimpin Fatah Marwan Barghouti ke Sel Isolasi
pihak pendudukan Israel melakukan tindakan tersebut ke Barghouti sebagai langkah pencegahan atas terjadinya gerakan Intifada Ketiga di Tepi Barat.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Cemas Ada Intifada Ketiga di Tepi Barat, Israel Pindahkan Pemimpin Fatah Marwan Barghouti ke Sel Isolasi
TRIBUNNEWS.COM - Pihak administrasi penjara Israel dilaporkan memindahkan pemimpin terkemuka Fatah, Marwan Barghouti, ke sel isolasi, Rabu (14/2/2024).
Channel 13 Israel melaporkan, administrasi penjara Israel mengambil tindakan terhadap Barghouti karena menilai dia mendorong terjadinya peningkatan perlawanan warga Palestina di Tepi Barat.
Baca juga: Darah Sudah Tumpah di Gaza, Marwan Barghouti Serukan Fatah-PA Bangkit Melawan Israel di Tepi Barat
Baca juga: Habiskan Rp 915 T di Gaza Lawan Hamas, Israel Malah Bikin Brigade Jenin Makin Galak di Tepi Barat
Laporan tersebut menjelaskan, Barghouti dipindahkan dari Penjara Ofer ke sel isolasi di penjara lain, tanpa menyebutkan ke penjara mana Barghouti akan mendekam.
Pemindahan tokoh Fatah ini dilakukan setelah administrasi penjara Israel mengklaim menerima informasi bahwa Barghouti mendorong peningkatan tindakan perlawanan terhadap pendudukan di Tepi Barat.
Secara khusus, pihak pendudukan Israel melakukan tindakan tersebut ke Barghouti sebagai langkah pencegahan atas terjadinya gerakan Intifada Ketiga di Tepi Barat.
"Otoritas Israel mengklaim bahwa Barghouti berupaya melalui beberapa jalur untuk melancarkan Intifada Ketiga di Tepi Barat, karena berlanjutnya agresi Israel di Jalur Gaza,” tulis laporan tersebut.
Barghouti adalah politisi terkemuka dan pemimpin gerakan Fatah.
Baca juga: Pemukim Yahudi Kian Beringas, PFLP Serukan Persatuan Tepi Barat Pindahkan Perang ke Jantung Israel
Intifada Pertama dan Kedua
Dia berpartisipasi dalam Intifada Pertama pada tahun 1987 dan merupakan salah satu wajah paling menonjol dari Intifada Kedua pada tahun 2000.
Marwan Barghouti ditangkap dan diasingkan beberapa kali dan menjadi sasaran upaya pembunuhan Israel yang gagal.
Dia telah dijatuhi hukuman lima hukuman seumur hidup dan ditahan sejak tahun 2002.
Meskipun ia dipenjara, ia mempunyai banyak pengikut dan sejumlah jajak pendapat menunjukkan kalau, jika pemilu Palestina diadakan, kemungkinan besar ia akan terpilih sebagai presiden Otoritas Palestina (PA).
Baca juga: Ini Sosok Pemersatu Semua Faksi Palestina yang Diperjuangkan Hamas Agar Bebas dari Penjara Israel
Kekerasan Terhadap Warga Palestina Meningkat di Tepi Barat
Dilaporkan, gerakan perlawanan warga Pelestina di Tepi Barat memang cenderung naik sebagai respons meningkatnya aksi represif tentara dan pemukim Israel di wilayah tersebut.
Fenomena itu, berbarengan dengan bombardemen Gaza, membuat gerakan Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP), faksi terbesar kedua setelah Fatah di Tepi Barat, Palestina, pada Selasa (13/2/2024) menyerukan agar pertempuran dipindahkan ke jantung Israel dari Tepi Barat.
Seruan dari PFLP ini seiring peningkatan serangan pemukim Yahudi Israel terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat.
Serangan-serangan dari pemukim Yahudi ini, termasuk blokade jalan, perampasan tanah, serangan terhadap rumah-rumah, dan penembakan terhadap warga Palestina.
Baca juga: Menhan Israel Sebut Gaza Bakal Mirip Tepi Barat, Tentara IDF Bebas Dar Der Dor Warga Palestina
Meningkatnya aksi represif dan kekerasan pemukim Yahudi ke warga Palestina di Tepi Barat ini terjadi bersamaan dengan bombardemen tanpa pandang bulu Israel di Jalur Gaza.
"PFLP menegaskan kalau tindakan ini (meningkatnya kekerasan di Tepi Barat berbarengan bombardemen Gaza) diatur oleh pejabat pendudukan dan tentara pendudukan (Israel)," tulis laporan Al Mayadeen mengutip pernyataan kelompok tersebut, Selasa.
PFLP lebih lanjut menekankan, di tengah kekacauan yang terjadi di Gaza, pasukan pendudukan Israel meningkatkan kekejaman mereka dan berkolaborasi dengan pemukim Yahudi untuk memadamkan potensi pemberontakan di Tepi Barat.
"Hal ini termasuk memperkuat permukiman, yang merupakan bagian integral dari agenda Israel di Palestina, yang berfungsi sebagai jalur kehidupan dan landasan bagi kebijakan dan kejahatan mereka terhadap penduduk Palestina," tulis pernyataan tersebut.
Baca juga: Intelijen Israel Cemas Hamas Meledak dan Kobarkan Api Perang di Tepi Barat Saat Bulan Suci Ramadan
Seruan Persatuan Demi Bangkitkan Perlawanan di Tepi Barat
PFLP juga menekankan perlunya upaya terpadu (persatuan) di antara berbagai lapisan masyarakat Palestina di Tepi Barat – termasuk entitas akar rumput, nasional, dan resmi – untuk menghadapi pendudukan dan melawan kekejaman pemukim Yahudi.
Mereka menggarisbawahi pentingnya segera membentuk komite perlindungan rakyat untuk melindungi desa-desa dan kota-kota dari serangan pemukim.
Dalam pelaksanaannya, perlawanan Tepi Barat akan menyerang pusat-pusat Israel, mulai dari aspek ekonomi hingga militer, yang mereka diksikan sebagai 'Jantung Israel'.
"Sebagai kesimpulannya, gerakan ini menekankan untuk mengalihkan fokus perang ke jantung Israel, dimulai dengan operasi di Tepi Barat, dan akan memperluas cakupan perjuangan. Langkah strategis ini bertujuan untuk menguras sumber daya militer, ekonomi, dan kemanusiaan yang dimiliki entitas tersebut, memperburuk krisis eksistensial mereka dan memperparah krisis mendalam yang dipicu oleh Operasi Banjir Al-Aqsa," tulis laporan tersebut.
Baca juga: Habiskan Rp 915 T di Gaza Lawan Hamas, Israel Malah Bikin Brigade Jenin Makin Galak di Tepi Barat
Pernyataan tersebut mengklarifikasi, tujuan yang sangat penting dan mendesak dari bangkitnya perlawanan adalah untuk mengobarkan garis depan di Tepi Barat guna memperkuat perlawanan di Gaza, yang terus menimbulkan banyak korban manusia dan militer pada pasukan pendudukan.
Media Israel mengungkapkan keprihatinan besar mengenai eskalasi yang akan terjadi di Tepi Barat, dan memperingatkan potensi pecahnya kekerasan yang jauh melebihi apa pun yang terjadi sejak dimulainya perang di Gaza.
Perkembangan yang mengkhawatirkan ini menyusul peringatan dari pejabat militer Israel bahwa ketegangan di Tepi Barat mencapai titik kritis, dengan meningkatnya konfrontasi antara pejuang Perlawanan Palestina dan pasukan pendudukan Israel.