Afrika Selatan Akan Gelar Pemilihan Umum pada 29 Mei 2024
Afrika Selatan akan mengadakan pemilihan umum tingkat nasional dan provinsi pada 29 Mei 2024 mendatang, kantor Presiden Cyryl Ramaphosa mengumumkan.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM - Afrika Selatan akan mengadakan pemilihan umum tingkat nasional dan provinsi pada 29 Mei 2024 mendatang, kantor Presiden Cyryl Ramaphosa mengumumkan.
Ini merupakan pemilu demokratis ketujuh Afrika Selatan sejak berakhirnya sistem apartheid pada tahun 1994.
Pada tahun 1994, negara ini mengadakan pemilu demokratis pertamanya setelah jatuhnya sistem apartheid segregasi rasial yang secara brutal menindas warga kulit hitam dan nonkulit putih Afrika Selatan lainnya sejak tahun 1948.
Partai Kongres Nasional Afrika (ANC) yang dipimpin Ramaphosa diperkirakan akan menghadapi tantangan berat untuk mempertahankan mayoritas parlemen.
“Pemilu 2024 bertepatan dengan perayaan 30 tahun kebebasan dan demokrasi di Afrika Selatan,” kata kantor kepresidenan dalam sebuah pernyataan yang diunggah di X pada hari Selasa (20/2/2024), dikutip dari Al Jazeera.
“Selain memenuhi kewajiban konstitusional kita, pemilu mendatang juga merupakan perayaan perjalanan demokrasi kita dan penentuan masa depan yang kita semua dambakan,” kata Ramaphosa.
Ramaphosa (71) sedang mengincar masa jabatan kedua sebagai presiden dalam pemungutan suara yang mungkin terbukti bersejarah.
Jajak pendapat menunjukkan partai-partai oposisi memperoleh dukungan dari Kongres Nasional Afrika (ANC) yang dipimpinnya di beberapa daerah.
Partai Ramaphosa kemungkinan kehilangan suara sampai di bawah 50 persen untuk pertama kalinya, AP News melaporkan.
ANC telah memimpin negara ini sejak tahun 1994.
Jika partai tersebut kehilangan mayoritas, ANC perlu membentuk koalisi untuk tetap berada di pemerintahan dan mempertahankan Ramaphosa sebagai presiden untuk masa jabatan lima tahun kedua dan terakhir.
Baca juga: Afsel Pastikan Vladimir Putin Tak Hadiri KTT BRICS, Presiden Cyril Ramaphosa Serba Salah
Afrika Selatan tidak pernah memiliki koalisi di tingkat nasional karena dominasi ANC.
Aliansi Demokratik (DA) dan Pejuang Kemerdekaan Ekonomi (EFF) adalah partai oposisi utama.
Mantan Presiden Jacob Zuma mendukung partai uMkhonto we Sizwe (MK) atau Tombak Bangsa yang baru dibentuk, sebuah langkah yang berpotensi menarik sejumlah pemilih tradisional ANC.
Zuma adalah bagian dari ANC sampai ia diskors pada bulan Januari.
Pemadaman listrik dan krisis lapangan kerja
Analis politik mengatakan rekor pemadaman listrik, buruknya penyediaan layanan, dan tingginya tingkat pengangguran kemungkinan akan merugikan ANC pada pemilu Mei mendatang.
Pemadaman listrik terjadi setiap hari dan telah melanda negara ini selama bertahun-tahun.
Krisis listrik telah berdampak pada bisnis dan perekonomian lokal.
Tingkat pengangguran di negara ini mencapai 32,1 persen pada bulan Desember, menurut badan statistik nasional StatsSA pada hari Selasa (20/2/2024).
Dalam bidang kebijakan luar negeri, Afrika Selatan berupaya keras untuk mengakhiri perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza dan mengakhiri pendudukan Israel di Palestina secara lebih luas.
Mereka telah mengajukan kasus ke Mahkamah Internasional (ICJ), menuduh Israel melakukan genosida, dan juga berkontribusi pada kasus lain mengenai legalitas pendudukan Israel.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)