Dari 70.000 Warga Palestina yang Terluka di Gaza, Hanya 800 yang Bisa Dievakuasi
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa dari sekitar 70.000 kasus sejak 7 Oktober, hanya 800 warga Palestina yang terluka telah dievakuasi.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Dari sekitar 70.000 warga Palestina yang terluka sejak perang meletus pada 7 Oktober 2023, hanya 800 orang yang bisa meninggalkan Jalur Gaza untuk mendapatkan perawatan.
Data tersebut diumumkan oleh Kementerian Kesehatan Gaza pada Rabu (21/2/2024), The New Arab melaporkan.
Juru bicara kementerian kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra mengatakan kepada media Yordania, Al-Mamlaka, bahwa proses evakuasi korban luka untuk mendapatkan perawatan sangat lambat.
Akibatnya, para pasien berisiko besar meninggal di dalam Gaza sebelum mendapatkan perawatan medis yang memamdai di luar Gaza.
“Hanya 800 orang terluka yang berhasil keluar sejak awal agresi Israel,” katanya.
Ia menambahkan bahwa jumlah tersebut termasuk 400 pasien kanker.
Qudra mengatakan keadaan saat ini mematikan karena sekitar 70.000 orang sedang menunggu pengobatan, termasuk sekitar 10.000 pasien kanker.
Ia juga membahas penghancuran sistematis sistem layanan kesehatan di Gaza oleh pasukan Israel.
Serangan Israel menargetkan 150 rumah sakit sehingga menyebabkan 32 rumah sakit tidak dapat berfungsi dan menghancurkan 53 pusat perawatan primer.
"Pasukan Israel terus menyerang fasilitas kesehatan di Gaza utara yang padat penduduknya," kata Qudra.
"Israel juga sedang berupaya untuk memberantas layanan kesehatan di Khan Yunis [selatan]."
Baca juga: Ashraf Al-Qidra: Rumah Sakit Nasser di Gaza Sepenuhnya Tidak Berfungsi Lagi
Rumah sakit Nasser bagaikan tempat kematian
Kementerian Kesehatan di Gaza juga mengeluarkan peringatan pada Rabu, yang menyatakan bahwa pengepungan Israel terhadap Kompleks Medis Nasser di Khan Younis tidak tertahankan dan merupakan ancaman nyata bagi kehidupan staf medis dan pasien.
Kompleks Medis Nasser telah dikepung Israel selama lebih dari 30 hari dan kemudian diserbu empat hari lalu.
Qudra mengatakan tim medis tidak dapat memberikan perawatan medis karena kurangnya oksigen dan pasokan medis lainnya.
WHO mengatakan diperkirakan 130 pasien yang sakit dan terluka serta setidaknya 15 dokter dan perawat masih berada di rumah sakit itu.
Jonathan Whittall, kepala Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) di wilayah pendudukan Palestina, pada Selasa (20/2/2024) menyebut situasi di Rumah Sakit Nasser bagaikan tempat kematian, bukan pemulihan.
“Para pasien putus asa; rumah sakit telah menjadi tempat kematian, bukan tempat penyembuhan,” kata Whittall.
"Pasien yang sangat membutuhkan berada dalam kondisi yang sangat buruk."
Qudra mengatakan bahwa Israel juga telah menghancurkan 126 ambulans.
Meskipun beberapa ambulans yang beroperasi di wilayah Rafah masih ada, situasi kesehatannya sangat buruk, ujarnya.
Ia juga menyoroti bahwa lebih dari 150 personel medis ditahan oleh pasukan Israel, termasuk direktur rumah sakit di Gaza utara dan Khan Younis.
Selain puluhan pasien yang menerima perawatan di dalam rumah sakit, pasukan Israel menangkap 70 anggota staf dan manajemen Kompleks Medis Nasser.
Selama berminggu-minggu, tentara Israel meningkatkan agresi militernya terhadap sistem kesehatan di Khan Younis.
Akibatnya, ribuan pengungsi Palestina meninggalkan Rumah Sakit Al-Amal dan Kompleks Medis Nasser di kota tersebut.
Sejak 7 Oktober, Israel telah melancarkan serangan besar di Jalur Gaza, menewaskan lebih dari 29.000 orang, kebanyakan anak-anak dan perempuan, menurut data Palestina dan PBB.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.