Foto Satelit Menunjukkan Ratusan Truk Menunggu di Perbatasan Rafah, Hanya 4 Truk yang Bisa Masuk
Menurut data terbaru dari badan kemanusiaan PBB (OCHA), hanya empat truk yang membawa bantuan kemanusiaan penting memasuki Gaza pada hari Rabu.
Penulis: Muhammad Barir
Foto Satelit Menunjukkan Ratusan Truk Menunggu di Perbatasan Rafah, Hanya 4 Truk yang Bisa Masuk
TRIBUNNEWS.COM- Gambar satelit menunjukkan ratusan truk menunggu di perbatasan Rafah.
Menurut data terbaru dari badan kemanusiaan PBB (OCHA), hanya empat truk yang membawa bantuan kemanusiaan penting memasuki Gaza pada hari Rabu.
Rata-rata, 47 truk yang membawa bantuan memasuki Gaza setiap hari antara tanggal 9 dan 15 Februari, penurunan tajam dibandingkan dengan 133 truk per hari pada minggu sebelumnya, menurut data OCHA.
“Antara tanggal 1 Januari dan 15 Februari, kurang dari 20 persen misi (15 dari 77) yang direncanakan oleh mitra kemanusiaan untuk memberikan bantuan dan melakukan penilaian di wilayah utara Wadi Gaza difasilitasi oleh otoritas Israel secara penuh atau sebagian dan 51 persen ditolak (39 dari 77),” lapor OCHA.
“Akses misi untuk mendukung rumah sakit dan fasilitas yang menyediakan layanan air, kebersihan dan sanitasi (WASH) termasuk di antara misi yang sangat ditolak” oleh Israel, tambah OCHA.
Baca juga: Video Aksi Para Pemukim Israel Bersorak Menghalangi Truk Bantuan Kemanusiaan yang Akan Masuk ke Gaza
Para Pemukim Israel Memblokade Bantuan Truk yang Akan Masuk Gaza
Kondisi di Gaza pada saat ini makin memprihatinkan, Gaza masih dilanda kelaparan.
Pasalnya, banyak truk-truk yang akan membawa bantuan kemanusiaan tak bisa masuk Gaza.
Truk-truk bantuan kemanusiaan itu dihadang oleh para pemukim Israel yang berdemonstrasi, menutup akses bantuan untuk bisa masuk Gaza.
"Pemukim Zionis yang tidak bersenjata memblokir masuknya truk kemanusiaan yang membawa bantuan ke Jalur Gaza" tulis salah satu akun di Platform X.
Baca juga: Ada Demo Warga Israel, Jumlah Truk Bantuan Masuk Gaza Turun Drastis, dari 130 Truk Jadi Hanya 4 Truk
Kondisi ini membuat kondisi di Gaza semakin memprihatinkan, dengan terbatasnya makanan yang masuk ke sana.
Sementara ruang gerak mereka terkepung oleh tentara Israel.
Jumlah truk bantuan yang memasuki Gaza menurun secara signifikan.
Otoritas perbatasan mengatakan jumlah truk telah berkurang dari 100–130 truk menjadi hanya empat truk pada hari-hari tertentu.
Otoritas penyeberangan perbatasan di selatan Gaza telah melaporkan penurunan signifikan jumlah truk bantuan kemanusiaan yang memasuki Jalur Gaza, Arab World Press (AWP) melaporkan pada 21 Februari.
“Hari ini 13 truk masuk melalui penyeberangan Kerem Abu Salom dan dari penyeberangan Rafah hanya empat truk bahan bakar yang masuk padahal sebelumnya antara 100–130 truk masuk,” Juru Bicara Otoritas Penyeberangan dan Perbatasan di Jalur Gaza Hisham Adwan mengatakan kepada AWP pada hari Selasa.
Adwan mencatat, pada hari-hari tertentu, hanya empat truk yang memasuki wilayah kantong yang terkepung itu.
“Ada pengurangan jumlah truk secara signifikan, yang membuat situasi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin sulit,” kata Adwan, menjelaskan bahwa hal itu disebabkan oleh demonstrasi Israel di dekat penyeberangan Kerem Shalom untuk mencegah masuknya mereka.
Adwan menambahkan, kualitas bantuan tetap sama, “sebatas daging kaleng, selimut, tenda, sebagian bahan pembersih, sebagian obat-obatan dan perbekalan kesehatan,” ujarnya.
Juru bicara Otoritas Penyeberangan dan Perbatasan menekankan bahwa 70 persen pasokan medis yang masuk ke Gaza tidak diperlukan saat ini, dan menyoroti obat-obatan untuk virus COVID-19 sebagai salah satu contohnya.
Senada dengan itu, Program Pangan Dunia PBB (WFP) telah memutuskan untuk menangguhkan pengiriman makanan ke Jalur Gaza bagian utara “sampai kondisi tersedia yang memungkinkan distribusi yang aman.”
“Keputusan untuk menghentikan pengiriman ke bagian utara Jalur Gaza bukanlah keputusan yang mudah, karena kita tahu hal ini berarti situasi di sana akan semakin memburuk dan lebih banyak orang berisiko meninggal karena kelaparan,” kata WFP dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa.
Kemudian dalam pernyataannya, organisasi PBB tersebut mengakui bahwa “Makanan dan air bersih menjadi sangat langka dan penyakit merajalela, membahayakan nutrisi dan kekebalan perempuan dan anak-anak serta mengakibatkan lonjakan malnutrisi akut. Orang-orang sudah sekarat karena sebab-sebab yang berhubungan dengan kelaparan.”
Kantor Media Pemerintah Gaza meminta organisasi PBB tersebut membatalkan keputusan ini, dengan mengatakan bahwa keputusan tersebut “sama dengan hukuman mati bagi 750.000 orang, yang memperburuk situasi kemanusiaan.”
(Sumber: X, The Cradle)