Kebahagiaan Anak Gaza Saat Cicipi Roti Setelah 100 Hari, Menangis Bahagia Nikmati Roti Dibagi-bagi
Ada kebahagiaan dan kegembiraan saat anak-anak pengungsi di Gaza akhirnya bisa mencicipi roti yang pertama kali setelah 100 hari.
Penulis: Muhammad Barir
Kebahagiaan Anak Gaza Saat Cicipi Roti Setelah 100 Hari, Menangis Bahagia Nikmati Roti Dibagi-bagi
TRIBUNNEWS.COM- Ada kebahagiaan dan kegembiraan saat anak-anak pengungsi di Gaza akhirnya bisa mencicipi roti yang pertama kali setelah 100 hari.
Anak-anak di Deir Al-Balah, yang mengungsi dari lingkungan Zeitoun di Gaza timur, menangis bahagia.
Mereka menangis bahagia saat merasakan roti yang dibagi-bagi.
Dengan senang hati, mereka bisa mencicipi roti untuk pertama kalinya setelah lebih dari 100 hari.
PBB mengatakan jutaan orang di Gaza berada dalam kelaparan parah.
Karena Israel terus memblokir bantuan dan tepung untuk memasuki jalur Gaza yang terkepung.
Mereka bisa menikmati roti meski harus dibagi-bagi di tenda pengungsian.
Baca juga: Sekelompok Pemuda Memulai Usaha Bisnis Roti Kecil-kecilan, Toko Roti Darurat Gaza di Tengah Perang
Gaza Sedang Kelaparan
Sebelumnya, seperti yang dilaporkan Tribunnews pada awal Februari lalu, Warga Palestina terpaksa makan rumput, minum air yang tercemar saat kelaparan.
Kelaparan saat ini sedang melanda Gaza, Masyarakat di Gaza utara ada terpaksa makan rumput untuk bertahan hidup dan meminum air yang tercemar.
Mohammed Hamouda, seorang ahli terapi fisik yang mengungsi ke Rafah, mengenang hari ketika rekannya, Odeh Al-Haw, terbunuh saat berusaha mencoba mendapatkan air untuk keluarganya.
Al-Haw sedang mengantri di sebuah stasiun air di kamp pengungsi Jabalya, di Gaza utara, ketika dia dan puluhan orang lainnya terkena bom yang dilakukan pemboman Israel, kata Hamouda.
“Sayangnya, banyak kerabat dan teman yang masih berada di Jalur Gaza utara, sangat menderita,” kata Hamouda, ayah tiga anak, seperti dikutip dari CNN. “Mereka makan rumput dan minum air yang tercemar.”
Blokade Israel dan pembatasan pengiriman bantuan menyebabkan persediaan bantuan yang bisa masuk sangat sedikit, membuat makanan tidak dapat diakses oleh orang-orang di seluruh Gaza.