Proyek Bantuan Jet F-16 Untuk Ukraina Direspons Pesimis Oleh AS, Ini Masalahnya
Program bantuan pesawat jet tempur canggih F-16 untuk Ukraina ditanggapi dengan pesimis oleh pejabat Amerika Serikat (AS).
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Program bantuan pesawat jet tempur canggih F-16 untuk Ukraina ditanggapi dengan pesimis oleh pejabat Amerika Serikat (AS).
Kehadiran pesawat perang buatan AS tersebut dianggap tak akan bisa 'mengubah permainan' dalam peperangan mengusir agresor Rusia.
F-16 yang rencananya akan dikerahkan dalam serangan balik yang juga masih rencana pada musim panas nanti tidak akan dilengkapi dengan penerbang yang mempuni.
Baca juga: Rusia Undang Hamas, Fatah, PIJ ke Moskow, Faksi Palestina Siap Bahas Agresi Israel di Gaza
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan Ukraina tidak cukup memiliki pilot terlatih.
Dalam wawancara dengan ABC News, Sullivan mengatakan bahwa tidak benar Washington tak ingin menyediakan peralatan perang yang mumpuni di garis depan Ukraina.
“Gagasan bahwa kita tidak memobilisasi sumber daya dan kemampuan dalam jumlah besar untuk dikirim ke Ukraina tidaklah benar,” kata Sullivan.
Ia membantah AS menjadi penyebab kurangnya pasokan senjata canggih ke Ukraina, hingga Rusia terus menggerogoti wilayah negara itu.
“Jika Anda melihat total bantuan Amerika Serikat kepada Ukraina dalam perang ini, jumlah material yang disalurkan sangat luar biasa dengan kecepatan yang melebihi perkiraan,” kata Sullivan.
Saat ini Ukraina berusaha mencari kemampuan tambahan yaitu di angkatan udaranya. Salah satunya adalah jet F-16.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-730: Peringatan 2 Tahun Invasi, Kyiv Singgung Kurangnya Bantuan
Menurutnya, meski AS sebenarnya mampu menyediakan pesawat tempur tersebut namun masalah yang dihadapi ada di Ukraina itu sendiri, di mana negara itu tak bisa menyediakan pilot yang bisa melakukannya.
“Tidak banyak pilot yang bisa mengemudikan pesawat itu,” ujarnya.
Kiev telah berulang kali meminta jet tempur Barat, dengan mengatakan bahwa jet tersebut diperlukan untuk mengusir serangan udara Rusia.
Pada bulan Agustus, AS mengizinkan Denmark dan Belanda untuk menyumbangkan F-16 ke Ukraina, dan pengiriman pertama diperkirakan akan dilakukan pada tahun ini. Negara-negara anggota NATO juga setuju untuk membentuk koalisi untuk membantu melatih warga Ukraina menerbangkan pesawat buatan Barat.
Moskow telah memperingatkan bahwa tindakan tersebut akan menjadi eskalasi yang berbahaya, mengingat beberapa modifikasi F-16 dapat membawa bom nuklir, dan berjanji akan menghancurkan jet-jet tersebut di Ukraina jika mereka tiba.
Bantuan F-16 dari Negara Uni Eropa
Sebelumnya, keinginan Ukraina memiliki jet F-16 bakal jadi kenyataan. Negara anggota Uni Eropa menyatakan segera menyiapkan 18 dari 24 unit yang pernah dijanjikan.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengatakan, keputusan tersebut menegaskan komitmen Belanda yang tidak pernah berkurang untuk memberikan dukungan yang dibutuhkan Ukraina
“Saya juga memberi tahu Presiden Volodymyr Zelensky tentang keputusan pemerintah kami,” katanya di X (sebelumnya Twitter), setelah pembicaraan telepon dengan Presiden Ukraina Vladimir Zelensky.
Pengiriman F-16 merupakan salah satu elemen terpenting dari perjanjian yang dibuat mengenai dukungan militer untuk Ukraina.
"Selain izin ekspor, sejumlah kriteria lain juga masih harus dipenuhi sebelum pengiriman dapat dilakukan, termasuk persyaratan personel dan infrastruktur," ujarnya.
Keputusan Dewan Eropa baru-baru ini memulai pembicaraan aksesi dengan Ukraina juga muncul selama pembicaraan tersebut.
“Belanda siap membantu Ukraina seiring mereka terus berupaya melakukan reformasi yang diperlukan dalam proses aksesi,” katanya.
Selain itu, Belanda akan “melakukan segala upaya” untuk memastikan Dewan Eropa dapat mengambil keputusan ketika bertemu kembali pada bulan Februari 2024 untuk membahas dukungan keuangan kepada Ukraina.
Belanda, Denmark dan beberapa negara Barat lainnya kini sibuk membantu melatih pilot Ukraina sebelum rencana transfer sejumlah jet tempur ke Ukraina.