Menhan Ukraina: Setengah dari Persenjataan yang Dijanjikan Barat Datang Terlambat
Menhan Ukraina, Rustem Umerov menyebut negaranya kehilangan wilayah karena 50 persen senjata yang dijanjikan Barat datang terlambat.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan (Menhan) Ukraina, Rustem Umerov menyebut negaranya kehilangan wilayah karena 50 persen senjata yang dijanjikan Barat datang terlambat.
Berbicara setelah peringatan dua tahun invasi skala penuh Rusia ke Ukraina, Umerov mengatakan pasukannya kini membangun ribuan benteng baru.
Namun ia menyoroti penundaan pasokan peralatan dari Barat membuat tentara Ukraina mengalami kemunduran bahkan tewas di medan perang.
"Kami punya rencana. Kami sedang mengerjakan rencana tersebut. Kami melakukan segala sesuatu yang mungkin dan tidak mungkin," ucap Umerov, seperti dikutip dari The Guardian.
"Namun, tanpa pasokan senjata Barat yang tepat waktu, hal ini akan sulit bagi kami," imbuhnya.
Dengan Partai Republik di Washington memblokir paket bantuan militer AS, angkatan bersenjata Ukraina kehabisan rudal pertahanan udara dan peluru artileri.
Menunggu senjata
Jet F-16 yang dijanjikan oleh koalisi internasional termasuk Belanda, Norwegia dan Belgia belum juga tiba.
Diperkirakan jet tersebut akan tiba pada musim semi ini.
Umerov mengatakan sejarah menunjukkan bahwa tidak mungkin negara mana pun memenangkan perang tanpa “superioritas udara”.
Terlepas dari kerugian ini, Ukraina telah merebut kembali Laut Hitam, katanya, dengan menggunakan drone untuk menenggelamkan kapal perang Rusia.
Baca juga: Volodymyr Zelenskyy: 31.000 Tentara Ukraina Gugur dalam Perang Melawan Rusia Sejak Februari 2022
Mereka juga telah merebut kembali wilayah di timur laut dan selatan negara itu, katanya – mengacu pada pembebasan oblast Kharkiv dan kota Kherson pada tahun 2022.
Menurut Umerov, Rusia telah menghabiskan $150 miliar dalam serangan habis-habisan terhadap Ukraina, yang merupakan 15 persen dari seluruh PDB negara tersebut.
Ukraina telah secara dramatis meningkatkan produksi drone, dan sedang membangun drone Lancet buatan Rusia, tambahnya.
Kyiv juga telah memproduksi model yang mampu terbang sejauh 500 mil untuk mencapai sasaran strategis jauh di dalam wilayah Rusia, serta lebih dari satu juta drone dengan pandangan orang pertama.