Anggota NATO Ini Siap Jadi Negara Pertama Kirim Tentaranya ke Ukraina
Meski mendukung Ukraina, sejumlah negara NATO menyatakan tidak merencanakan mengirimkan pasukannya ke Kiev.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Meski mendukung Ukraina, sejumlah negara NATO menyatakan tidak merencanakan mengirimkan pasukannya ke Kiev.
Namun tidak dengan Estonia. Negara ini siap mengirimkan tentaranya ke garis depan perang Ukraina mengusir tentara Rusia.
Hal ini dilakukan untuk mengalahkan Rusia yang semakin menggerogoti wilayah tetangganya tersebut dan dianggap mengancam negara-negara NATO di Eropa
Baca juga: Belanda Pasang Badan, Belikan Meriam Ukraina Untuk Serang Rusia
.Hal ini diungkapkan oleh Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas dikutip dari Politico, Kamis (29/2/2024).
“Saya pikir ini juga merupakan sinyal yang kami kirimkan ke Rusia bahwa kami tidak mengesampingkan hal-hal lain," kata Kallas.
Bila ini terjadi, maka Estonia menjadi negara pendukung Ukraina yang bakal mengirimkan pasukannya mendukung Kiev secara langsung dengan tentaranya.
Kallas juga meminta agar anggota NATO lainnya tidak mengesampingkan hal itu.
"Karena semua negara sudah paham bahwa kita harus melakukan segalanya agar Ukraina menang dan Rusia kalah dalam perang ini,” kata Kallas.
Wacana pengiriman bantuan pasukan ke Kiev sebelumnya diungkapkan oleh PM Prancis, Emmanuel Macron usai bertemu dengan sejumlah pemimpin negara NATO beberapa hari lalu.
Baca juga: NATO Disebut Kerahkan 32.000 Tentara dan Ratusan Pesawat di Dekat Perbatasan Rusia-Belarusia
Usai Macron mengatakan hal itu, Sekjen NATO Jens Stoltenberg langsung merespons dengan mengatakan belum ada rencana mengerahkan pasukan ke Ukraina.
Dikutip dari Strana, Menteri Luar Negeri Lituania Gabrielius Landsbergis juga mengatakan bahwa “tidak ada yang boleh diabaikan, tidak ada pilihan yang bisa ditolak begitu saja.”
Mari kita ingat bahwa negara-negara NATO lainnya, termasuk Amerika Serikat, tidak mendukung gagasan Macron. Secara khusus, Italia, Spanyol, Bulgaria dan Hongaria berbicara mengenai topik ini.
Selain itu, Kanselir Jerman Olaf Scholz dengan tegas menyatakan bahwa di masa depan “tidak akan ada pasukan darat atau tentara di tanah Ukraina yang akan dikirim ke sana oleh negara-negara Eropa atau negara-negara NATO.”
Dan sekretaris pers Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan bahwa London tidak merencanakan “pengerahan pasukan skala besar” di Ukraina.
Respons Rusia
Sementara juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, pengiriman pasukan NATO ke Ukraina sangat berbahaya.
“Mengenai pernyataan Macron, ini adalah sesuatu yang baru, dan jauh lebih berbahaya,” kata Peskov kepada televisi Channel One.
“Di satu sisi, mitra-mitra Barat kami dapat diprediksi, namun di sisi lain, sayangnya, mereka mulai mendiskusikan isu-isu, seperti pengerahan pasukan langsung ke Ukraina, yang dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki terhadap keamanan dan stabilitas di benua tersebut, sehingga menyebabkan untuk konsekuensi yang tidak dapat diubah,” tambahnya.
Peskov menekankan bahwa fakta bahwa para politisi di Barat sedang membahas masalah ini “tentu saja memperjelas bahwa generasi politisi Eropa saat ini mungkin tidak memiliki pemahaman yang tepat tentang kata ‘keamanan’ dan juga tidak memiliki naluri untuk mempertahankan diri. "
“Hal ini penuh dengan tindakan yang tidak dapat diprediksi dan tidak masuk akal. Hal ini tentunya mengharuskan kita untuk tetap waspada,” juru bicara Kremlin menyimpulkan.