Janti Soeripto, Wanita Berdarah Indonesia, CEO Save the Children Kritik AS, Bantu Gaza Cuma Teater
Namanya Janti Soeripto, dia adalah wanita keturunan Indonesia yang kini menjadi CEO Save the Children Amerika Serikat.
Penulis: Muhammad Barir
Janti Soeripto, Wanita Berdarah Indonesia, CEO Save the Children Ini Kritik AS, Bantu Gaza Cuma Teater
TRIBUNNEWS.COM- Namanya Janti Soeripto, dia adalah wanita keturunan Indonesia yang kini menjadi CEO Save the Children Amerika Serikat.
Janti Soeripto adalah Presiden & Chief Executive Officer Save the Children AS.
Dia mengambil peran ini pada Januari 2020, setelah menjabat sebagai Presiden dan Chief Operating Officer sejak Mei 2019.
Save the Children Federation Inc., lebih dikenal sebagai Save the Children USA, adalah sebuah organisasi nirlaba di Amerika Serikat.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kehidupan anak-anak di AS dan di seluruh dunia. Kantor pusatnya berada di Fairfield, Connecticut.
Organisasi ini didirikan pada tahun 1932 untuk membantu anak-anak di pegunungan Appalachian selama Depresi Besar. Hal ini mencontoh Save the Children Fund yang didirikan di Inggris pada tahun 1919.
Save the Children USA adalah bagian dari Save the Children International, yang beroperasi di lebih dari 120 negara.
Seperti diketahui, AS mulai mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui udara untuk meringankan krisis yang sedang berlangsung setelah upaya AS selama berbulan-bulan dan sebagian besar tidak berhasil meyakinkan Israel agar mengizinkan pasokan yang sangat dibutuhkan di darat.
PBB mengatakan bahwa 80 persen pengiriman bantuan yang ditujukan ke Gaza utara diblokir oleh tentara Israel pada bulan Januari.
Bantuan lewat udara tersebut dikritik karena tidak cukup untuk menghentikan terjadinya kelaparan.
Pada hari Minggu, Janti Soeripto sebagai ketua Save the Children menggambarkan serangan udara tersebut sebagai “teater,” dan menyerukan tindakan segera.
“Pada dasarnya yang kita perlukan adalah pembukaan penyeberangan, lebih banyak truk pasokan yang masuk, kita memerlukan gencatan senjata, kita memerlukan akses yang aman dan tidak terbatas ke masyarakat,” kata Janti Soeripto kepada Sky News.
Setidaknya 15 anak meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi dalam beberapa hari terakhir, menurut kementerian kesehatan Gaza.
Baca juga: AS Menolak Menekan Israel, Bantuan Udara AS yang Masuk ke Gaza Hanyalah Teater Kata Kelompok Ini