Hizbullah Diakui Memperburuk Situasi, Menteri Israel Ungkap Suara Hatinya yang Tak Ingin Perang
Hizbullah terus melancarkan serangan di wilayah utara Israel, sebagai bentuk solidaritas mereka terhadap Hamas dan warga Gaza.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berbicara kepada tentara IDF yang bertugas di bagian utara negara tersebut.
Kepada mereka, Gallant mengatakan bahwa Hizbullah bertanggung jawab memperburuk situasi saat ini.
Fokus Israel dibuat terpecah. Bukan hanya menekan Hamas di Gaza. Tapi juga harus berjibaku melindungi wilayah utara Israel dari gempuran pasukan Hassan Nasrallah.
Diketahui ratusan ribu warga Israel di wilayah utara dipaksa mengungsi sebagai antisipasi jatuhnya korban jiwa dari kalangan sipil akibat sepak terjang Hizbullah.
“Kita perlu memahami situasi yang kita hadapi. Hizbullah bertanggung jawab atas memburuknya situasi dan membawa kita lebih dekat ke titik, di mana kita harus mengambil keputusan mengenai apa yang kita lakukan,” kata Gallant dikutip Israelnationalnews.
Baca juga: Rudal Anti-Tank Hizbullah Koyak Pemukiman Margaliot Israel, 1 Tewas dan 7 Luka-luka
Gallant lantas mengungkap isi hatinya bahwa ia tak ingin Israel harus berperang. Dan ia juga berpikir betapa pentingnya untuk mengetahui ada peluang untuk mencegah perang.
Namun, saat ini situasi memburuk. Hizbullah terus melancarkan serangan sebagai bentuk solidaritas mereka terhadap Hamas dan warga Gaza.
"Saya sampaikan kepada Anda, Hizbullah bertanggung jawab karena telah memperburuk situasi dan membawa kita ke titik pengambilan keputusan, kita akan memutuskan apa yang pada akhirnya akan membuat warga negara kita kembali ke rumah dengan selamat,” kata Gallant.
Selama perang di Gaza berkecamuk, Hizbullah tak akan berhenti perangi Israel
Hizbullah menolak berhenti 'mengganggu' Israel dari wilayah utara negara tersebut hingga perang di Gaza diakhiri.
Pasukan Hizbullah baru akan menarik diri dari konfrontasi dengan IDF apabila kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza terealisasi.
“Ketika gencatan senjata dimulai di Gaza, gencatan senjata juga akan dimulai di Lebanon,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Naeem Qassem dikutip Safahahh, Selasa (5/3/2024).
Ancaman dan tekanan Israel sama sekali tak menyiutkan nyali pasukan Hizbullah.
“Mereka mengancam kami dengan agresi, kami mengancam mereka dengan ketabahan, perlawanan, dan konfrontasi. Mereka menghadapi pahlawan pemberani yang telah mereka rasakan dari kami sebelumnya," sambung Qassem.