Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Negosiasi Gencatan Senjata Berakhir Tanpa Ada Putusan, Hamas Ingatkan Syarat Pertukaran Tahanan

Perundingan selama tiga hari mengenai gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera Israel berakhir tanpa terobosan pada Selasa (5/3/2024).

Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Bobby Wiratama
zoom-in Negosiasi Gencatan Senjata Berakhir Tanpa Ada Putusan, Hamas Ingatkan Syarat Pertukaran Tahanan
FADEL SENNA / AFP
Pemimpin gerakan Islam Palestina Hamas, Osama Hamdan memberikan pidato pada pertemuan tahunan kelima gerakan Unifikasi dan Reformasi Maroko (dikenal sebagai Attawhid Wal'Islah dalam bahasa Arab dan MUR dalam bahasa Prancis) pada tanggal 9 Agustus 2014 di teater Mohammed V di ibu kota Rabat. 

TRIBUNNEWS.COM - Perundingan selama tiga hari mengenai gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera Israel berakhir tanpa terobosan pada Selasa (5/3/2024).

Hal tersebut membuat pejabat senior Hamas, Osama Hamdan mengingatkan Israel terkait syarat pertukaran tahanan.

Saat konferensi pers di Beirut, Hamas mengulangi persyaratan kelompoknya untuk mencapai kesepakatan.

Ia mengatakan pertukaran sandera hanya bisa terjadi ketika Israel telah menarik seluruh pasukannya secara permanen dari Gaza.

Tidak hanya itu, syarat lainnya adalah para pemungsi di Gaza dapat kembali ke rumahnya masing-masing.

“Dalam dua hari terakhir, gerakan ini menyampaikan posisinya atas usulan yang diajukan oleh mediator persaudaraan Qatar dan Mesir. Kami menegaskan kembali kondisi kami untuk gencatan senjata: penarikan penuh dari Jalur Gaza dan pemulangan pengungsi dari daerah yang mereka tinggalkan, khususnya di wilayah utara,” katanya, dikutip dari Al-Arabiya.

Menurutnya, gencatan senjata ini tidak segera terjadi karena Netanyahu melepaskan tanggung jawabnya dan hanya mementingkan dirinya sendiri.

Berita Rekomendasi

“Kami menyikapi usulan saudara-saudara kami di Mesir dan Qatar dengan semangat positif dan fleksibilitas yang tinggi di semua tahap perundingan. Namun, Netanyahu terus menghindari dan melalaikan tanggung jawabnya di hadapan publik, karena perhitungan politik pribadinya, mengungkapkan ketakutan dan terornya terhadap masa depan politiknya dan tahap pascaperang," jelasnya, dikutip dari Palestine Chronicle.

Dalam pidatonya, Hamdan juga meminta Amerika Serikat untuk menghentikan memasok senjata ke Israel dari pada hanya mengirimkan bantuan ke Gaza.

“Kami mengatakan kepada Washington, yang lebih penting daripada mengirimkan bantuan adalah menghentikan pasokan senjata ke Israel," tambahnya.

Negosiasi Gagal Capai Terobosan

Negosiasi selama tiga hari dengan Hamas mengenai gencatan senjata di Gaza gagal mencapai terobosan, kurang dari seminggu sebelum dimulainya bulan suci Ramadhan.

Baca juga: AS Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata dengan Israel

Selama berminggu-minggu, Amerika Serikat, Qatar dan Mesri menjadi perantara antara Hamas dan Israel.

Mereka mengusulkan Hamas akan membebaskan tawanan Israel sebagai imbalan atas gencatan senjata selama enam minggu, pembebasan beberapa tahanan Palestina dan lebih banyak bantuan ke Gaza.

Namun ternyata negosiasi ini tidak mencapai keputusan.

Menurut Hamdah Salhut dari Al Jazeera, perundingan terakhir ini menemui jalan buntu.

“Israel mengatakan mereka menunggu tanggapan Hamas, sementara Hamas mengatakan mereka menunggu tanggapan Israel,” katanya.

Ketika para mediator berusaha untuk menengahi dan mencapai kesepakatan kedua belah pihak, namun tampaknya tidak mediator tidak menemukan solusi yang pasti untuk keduanya.

"Mediator yang berada di tengah-tengah berusaha menjembatani kesenjangan ini dengan mencoba menemukan solusi antara kedua belah pihak, namun tampaknya ada masalah yang tidak dapat diselesaikan," katanya.

Hamas telah menolak untuk melepaskan sekitar 100 sandera yang disanderanya, dan sekitar 30 sandera lainnya, kecuali Israel mengakhiri serangannya, menarik diri dari Gaza dan melepaskan sejumlah besar tahanan Palestina, termasuk para pejuang yang menjalani hukuman seumur hidup.

Konflik Palestina vs Israel

Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023.

Pemboman Israel di Jalur Gaza hingga saat ini menyebabkan 30.600 orang meninggal dunia dan melukai 72.000 lainnya.

Serangan Israel juga telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan.

Sementara itu 60 persen infrastruktur di Gaza telah rusak dan hancur.

Israel juga telah diseret oleh Afrika Selatan ke Mahkamah Internasional karena telah melakukan genosida di Gaza.

Keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida.

Tidak hanya itu, Israel juga harus mengambil tindakan untuk menjamin bantuan kemanusiaan sampai ke warga Gaza.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas