Seruan Hamas untuk AS: Hentikan Pasokan Senjata ke Israel Lebih Penting daripada Kirim Bantuan
Jika pasokan senjata ke Israel dihentikan, tentu saja akan berdampak pada jalannya perang di masa mendatang.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Kondisi warga Gaza, Palestina, memprihatinkan. Mereka kesulitan makanan, air, dan obat-obatan agar dapat bertahan hidup. Di sisi lain Israel terus melancarkan serangan ke wilayah tersebut.
Amerika Serikat bersama sekutunya, Arab dan Eropa, berinisiatif mengirimkan bantuan untuk meringankan penderitaan warga Gaza.
Namun, Hamas menilai ada yang lebih penting daripada mengirim bantuan.
"Kami mengatakan kepada Washington, yang lebih penting daripada mengirimkan bantuan adalah menghentikan pasokan senjata ke Israel,” kata pejabat senior Hamas Osama Hamdan seperti dikutip Al-Arabia.
Menghentikan pasokan senjata ke Israel tentu saja akan berdampak pada jalannya perang di masa mendatang.
Jika itu dilakukan AS, tentu saja kekuatan militer Israel akan melemah dan berpeluang memunculkan keputusan gencatan senjata.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Desember tahun lalu memastikan Israel menerima pasokan senjata selama pertempuran berkecamuk di Gaza.
Kepastian itu disampaikan Biden hingga Hamas benar-benar musnah dari tanah Palestina.
Baca juga: Pesan Brigade Al-Quds untuk Netanyahu: Ramadan Akan Jadi Bulan Penuh Kengerian Bagi Israel
“Kami akan terus memberikan bantuan militer kepada Israel sampai mereka menyingkirkan Hamas, tetapi kami harus berhati-hati,” kata Biden dikutip TASS.
Di saat yang sama Biden juga menegaskan bahwa AS tetap mengirim bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Gagal capai kesepakatam gencatan senjata
Negosiasi gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang berlangsung di Kairo, Mesir, menemui jalan buntu.
Hamas menolak tawaran Israel untuk membebaskan sekitar 100 sandera dan 30 sandera lainnya.
Kendati demikian, mereka siap menunjukkan fleksibilitas untuk mencapai penghentian agresi yang dilancarkan Israel di Gaza.
"Namun pendudukan (Israel) masih menghindari hak perjanjian ini," kata Hamas dalam sebuah pernyataan, Rabu (6/3/2024), dikutip dari Arab News.
Para perunding dari Hamas, Qatar, dan Mesir – namun bukan Israel – berada di Kairo untuk mencoba mencapai gencatan senjata selama 40 hari.
Sementara Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden pada Selasa (5/3/2024) mengatakan Hamas berhak menerima kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza dengan imbalan pembebasan sandera Israel.
Kesepakatan yang diberikan kepada Hamas, yakni pembebasan para sandera dan bantuan ke Gaza yang akan ditingkatkan demi menghindari kekurangan gizi akut.
AS pada hari Selasa telah merevisi pernyataan dalam rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mendukung "gencatan senjata segera yang berlangsung sekitar enam minggu di Gaza, bersamaan dengan pembebasan semua sandera".
Revisi ketiga dari rancangan undang-undang tersebut, kini mencerminkan pernyataan blak-blakan Wakil Presiden AS Kamala Harris yang menyerukan Israel untuk berbuat lebih banyak guna meringankan "bencana kemanusiaan" di Gaza.
Pembebasan sandera yang sakit, terluka, lanjut usia, dan perempuan akan menghasilkan gencatan senjata segera di Gaza setidaknya selama enam minggu.
"Fase pertama gencatan senjata ini juga akan memungkinkan gelombang bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Gaza, dan memberikan waktu dan ruang untuk menjamin pengaturan yang lebih langgeng dan ketenangan yang berkelanjutan," kata Gedung Putih, dikutip dari Reuters.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.